Kata Dokter Soal Kemungkinan Puluhan Kucing di Sunter Mati Mendadak
Baru-baru ini geger kasus puluhan kucing di Sunter, Jakarta Utara yang mati mendadak. Dilaporkan, kucing-kucing itu sempat kejang-kejang dan mengeluarkan cairan pada kelaminnya sebelum mati secara mendadak.
Hingga saat ini, penyebab kematian puluhan kucing ini masih belum dapat dipastikan. Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta saat ini masih mengobservasi penyebab dari kematian kucing-kucing tersebut.
Dari gejala-gejala yang terlihat, dokter hewan Muhammad Iqbal telah menelaah dan menduga penyebab terjadinya kasus kematian mendadak ini adalah keracunan atau tanpa sengaja termakan racun.
"Jadi racun itu sifatnya adalah toksik. Dia toksik dan akan mengganggu berbagai macam organ di dalam tubuh dan dapat mengganggu aliran darah ke jantung," kata Iqbal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (13/7).
"Kalau aliran darah ke jantung diganggu, darah itu kan membawa hemoglobin dan oksigen. Ketika darah yang membawa oksigen dan hemoglobin diganggu dan berkurang, akhirnya jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik," jelasnya lebih lanjut.
Ketika jaringan di dalam tubuh kucing tidak mendapat oksigen dan darah secara baik, kata Iqbal, kucing juga akan mengalami sianosis atau kebiruan.
"Kemudian dia akan pucat, kalau misalnya keracunan lebih kebiruan ya. Jadi ada beberapa selaput lendir dari mulut, kemudian hidung, itu bisa mengalami sianosis namanya, kebiruan, seperti sel yang tidak mendapatkan aliran darah," jelasnya.
Iqbal menjelaskan bahwa kucing juga bisa mengalami aritmia saat keracunan. Hal ini membuat jantung kucing mengencang, pembuluh darah pecah, paru-paru gagal mengembang dengan baik sehingga bisa memicu kematian.
Lantas kenapa keracunan bisa menimbulkan gejala kejang dan keluar air kencing pada kucing?
Iqbal mengatakan bahwa racun juga bisa mengganggu sistem saraf yang menyebabkan kejang dan keluar air kencing.
"Makanya ada beberapa kucing yang kalau gejalanya atau kasusnya keracunan, dia akan kejang-kejang, karena sistem sarafnya terganggu. Sistem saraf yang akan memberikan inervasi kepada sistem motorik yaitu otot dan tulang, itu juga akan terganggu," imbuh dia.
"Kemudian beberapa saraf yang lain juga tidak berfungsi. Ada sistem perkencingan juga tidak berfungsi, makanya dia keluar air dari kemaluannya yang bisa disebut dengan kencing atau pipisnya," kata Iqbal.
Iqbal mengatakan keracunan pada kucing bisa terjadi bukan hanya tertelan masuk melalui mulut, tetapi bisa juga melalui sesuatu senyawa kimia yang masuk ke dalam tubuh, seperti suntikan, atau parenteral lainnya.
"Cuman, itu belum tau pasti apa latar belakang semua kasus yang [di Sunter] kemarin, cuman kita hanya duga keracunan. Bisa sengaja diracun atau memang tanpa sengaja diracun. Cuman karena kejadiannya massal kita lebih curiganya takutnya diracun," pungkasnya.
(del/chs)