Nasib Candi Lumbung untuk menemukan lokasi permanennya terwujud. Candi Lumbung di Magelang, Jawa Tengah, akan dipindah dari Desa Krogowanan ke Desa Sengi.
Sebelumnya, Candi Lumbung harus mengontrak pada sebidang lahan di Dusun Tlatar dengan biaya kontrak Rp10 juta per tahun. Kini, Candi Lumbung akhirnya bisa menempati rumah barunya.
Seperti dilansir Detik, tampak beberapa pekerja mulai memasang perancah atau alat yang bakal dipakai untuk menurunkan batu Candi Lumbung saat ini masih berada di Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah baru Candi Lumbung di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Magelang. Sejumlah orang dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X memasang perancah dengan bahan dari kayu yang didirikan di sebelah selatan candi.
Perancah bakal digunakan untuk menurunkan batu candi. Setelah batu candi diturunkan, kemudian dibawa ke lokasi pemindahan di Desa Sengi. Situs Candi Lumbung dibangun sekitar abad 9 dan berukuran 8,5 x 8,5 meter, ketinggian 7-8 meter.
Lokasi baru Candi Lumbung tidak jauh dari Candi Asu dan Candi Pendem. Lahan untuk Candi Lumbug telah diratakan dengan alat berat. Keberadaan Situs Candi Sengi (Candi Pendem, Asu, dan Lumbung) berlatar agama Hindu, di mana ketiga candi punya fungsi yang berbeda.
"Candi Lumbung ini (fungsinya) untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah diberi hasil panen. Jadi, lumbung sebagai tempat menyimpan hasil panen dan orang Jawa dulu kalau memulai memetik dengan wiwitan. Dari memetik saat wiwitan itu dikumpulkan di Candi Lumbung," ujar Koordinator Juru Pelihara Situs Candi Sengi, Jumat, seperti dilansir Detik, Jumat (14/7).
Dulu, Candi Lumbung sempat berada di tepi Sungai Pabelan. Tapi, erupsi Gunung Merapi pada 2010 serta banjir lahar dingin yang sempat melanda membuat keberadaan Candi Lumbung terancam, sehingga perlu dipindah untuk penyelamatan. Kala itu, Candi Lumbung dipindah ke Dusun Tlatar.
"Pindah dulu karena memang ada erupsi Merapi dan pasir itu naik. Untuk mengamankan dipindah di Tlatar dan sekarang karena kontrak (tanah milik perseorangan) sudah habis. Di sini tidak boleh (dibeli), terus dipindah di dekat Candi Asu. Dari lokasi asli Candi Lumbung sekitar 200 meter, kalau ditarik garis lurus," kata Jumat, yang telah 32 tahun menjadi juru pelihara candi.
Awalnya, kata Jumat, nilai sewa tanah di Dusun Tlatar sekitar Rp2,5 juta per tahun, tapi seiring berjalannya waktu menjadi naik hingga Rp10 juta per tahun untuk saat ini.
"Yang pertama itu Rp 2,5 juta, kalau enggak salah. Sekarang sudah nyampai hampir Rp 10 juta per tahun. Di Candi Lumbung yang asli (dekat Sungai Pabelan), itu masih ada fondasi, batu fondasi masih ada di sana," ungkapnya.
Pemindahan Candi Lumbung sendiri dilakukan atas permintaan warga Desa Sengi. Menurut Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Eri Budiarto, warga Desa Sengi ingin Candi Lumbung menjadi satu lagi dengan Candi Pendem dan Candi Asu.
(wiw)