PEKAN ASI SEDUNIA

Dilema Ibu Bekerja Menyusui, Tak Sekadar Minim Ruang Laktasi

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Selasa, 01 Agu 2023 10:15 WIB
Dalam rangka Hari ASI Sedunia, berikut ini cerita para ibu bekerja yang menyusui dengan sejumlah kendalanya. Seperti apa kisahnya?
Ilustrasi. Ada sejumlah kendala yang dialami ibu bekerja menyusui saat memompa ASI. (Istockphoto/Reptile8488)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sreet.., sreet.., sreet..

Suara alat pumping atau pompa ASI terdengar nyaring di ruang kantor tempat Noni (27) bekerja. Suara itu berasal dari meja kerjanya. Ia sedang memompa ASI di tengah-tengah waktu bekerja.

"Sebenarnya suka agak risih dan nggak enak. Tapi mau nggak mau ya saya lakukan juga buat pumping (memompa ASI) di meja saya," kata Noni saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (31/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Noni bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa di daerah Jakarta Pusat. Karyawati di perusahaan ini cukup banyak, bahkan hampir didominasi wanita.

Perusahaan ini juga sebenarnya menyediakan ruang khusus menyusui atau ruang laktasi yang bisa digunakan semua karyawati di gedung itu. Tapi, kendalanya adalah ruang laktasi hanya ada satu dan berada di lantai 3, sementara ruang kerja Noni ada di lantai 12.

"Pakai lift-nya suka ngantri, belum lagi karena ruang laktasinya juga sempit jadi di sana juga ngantre. Jadinya malah kurang nyaman, panas, dan buang-buang waktu," kata Noni.

Noni yang sudah sembilan bulan menjadi ibu baru itu memutuskan pumping di meja kerjanya. Bermodal kain penutup (apron menyusui) dan permohonan maaf berulang ke rekan kerja yang mungkin terganggu karena suara mesin pompa ASI, Noni merasa lebih leluasa pumping.

Alih-alih antre naik turun lift dan masuk ruang laktasi, menurut Noni pumping di meja kerja lebih hemat waktu. Pekerjaan pun tidak banyak yang tertunda.

"Enak tidak enak sih. Tapi ya dijalani saja. Awal-awal juga saya ke bawah buat pumping. Tapi capek dan buang waktu, banyak juga kok yang memilih pumping di meja kerja seperti saya," kata Noni.

Lain Noni, lain lagi Innes (29). Innes melahirkan anak pertamanya 12 bulan lalu, itu berarti dia sudah melakukan pumping di kantor sejak sembilan bulan lalu.

Perusahaan tempat Innes bekerja memang menyediakan ruang menyusui atau ruang laktasi. Ruangannya ada satu lantai di bawah tempat dia bekerja.

Jujur saja, perkara ruangan ini sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah. Walau belum sempurna tapi cukup nyaman dan memadai. Meski menurutnya, ruangan ini harus ditambah, minimal satu di setiap lantai.

"Idealnya, ruang laktasi dalam gedung bisa lebih satu ruangan. Supaya bisa memudahkan para moms, jadi nggak sempit-sempitan juga," katanya.

Hal yang jadi masalah bagi Innes adalah pengaturan waktu untuk pumping dan menyelesaikan pekerjaan. Jujur, Innes mengaku sering keteteran karena beban kerja yang cukup banyak.

"Sering bentrok dengan jam overload-nya kerjaan. Seharusnya per-3 jam sekali pumping, jadi harus ditunda hingga 5 jam baru bisa pumping," kata Innes membagikan ceritanya.

Masalah pengaturan waktu ini kata Innes sangat berpengaruh terhadap produksi ASI miliknya. Idealnya dalam waktu sembilan jam di kantor, Innes bisa mendapat 5-6 kantong ASI hasil pumping ukuran 100 ml, tapi kenyataanya tidak seperti itu.

Hampir setiap hari produksi ASI-nya berkurang. Bahkan dalam satu hari hanya bisa mengeluarkan 3-4 kantong ASI ukuran 100ml.

"ASI kan hukumnya supply and demand. Jadi kalau makin jarang pumping, ya makin sedikit ASI yang bisa diproduksi," kata dia.

Manfaat ASI tak sekadar untuk anak, baca di halaman berikutnya

Kendala lain menyusui dan manfaat ASI tak sekadar untuk bayi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER