SECRET AT NEWSROOM

Ngobrol 'Mental Health' di Zaman Sekarang, Masih Tabu Enggak?

CNN Indonesia
Sabtu, 21 Okt 2023 11:43 WIB
Ilustrasi. Keterbukaan informasi soal kesehatan mental tampaknya tak dibarengi dengan penerimaan terhadap kondisi mental itu sendiri. (iStock/tadamichi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dulu, topik kesehatan mental masih dianggap tabu. Bagaimana dengan sekarang? Mental health survivor Yovania Asyifa Jami berbagi cerita soal hal ini.

Perempuan yang akrab disapa Yova ini sempat didiagnosis gangguan bipolar pada 2018 lalu. Kondisi ini mengharuskannya dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ).

Tapi saat kondisi sudah mulai pulih dan kembali bersekolah, Yova justru dilarang bercerita pada lingkungan teman-temannya soal riwayat kesehatannya.

"Generasi di atas aku, ya mama, om, tante, menganggap topik mental health itu masih tabu banget," ujar Yova dalam diskusi Secret at Newsroom: Tiba-tiba Sadar Mental Health, Jumat (20/10).

Namun kini, lanjut Yova, kesehatan mental telah menjadi topik yang umum dibahas, utamanya di kalangan Gen Z seperti dirinya.

Yova, yang kini aktif berbagi informasi soal kesehatan mental lewat akun TikTok @RSJSurvivor, kerap menerima curhat dari para pengikutnya.

Dari sini, ia melihat, Gen Z sebenarnya sadar bahwa ada yang janggal dengan diri mereka. Namun, saat bercerita pada orang tua, mereka justru tidak mendapat validasi.

"Zaman sekarang kesehatan mental [orang] sudah sangat aware. Tapi untuk praktiknya di rumah, orang tua masih percaya enggak percaya. [Sebanyak] 90 persen ketika anak curhat tentang mental health, [direspons orang tua] 'Halah kamu kurang bersyukur, kurang ibadah, makanya rajin salat, mengaji'," katanya.

Akses informasi mengenai kesehatan mental yang makin terbuka dan mudah ternyata tidak menjamin kesadaran tinggi di tengah masyarakat dari berbagai kalangan.

Psikolog Mira Amir mengatakan bahwa pada dasarnya keterbukaan Yova soal kesehatan mental tak akan lepas dari bagaimana lingkungan menanggapi kondisinya.

"Pada lingkungan yang lebih terbuka, itu kita lebih mudah untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan kondisi kesehatan mental kita," kata dia dalam kesempatan serupa.

Oleh karenanya, dia mendorong agar orang tua dan lingkungan ambil peran dalam kesehatan mental orang-orang terdekat. Menampung, menerima atau validasi bisa jadi pertolongan pertama yang amat penting pada orang yang merasakan gejala masalah kesehatan mental.

(els/asr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK