Studi: Perjalanan ke Kantor Lebih dari 1 Jam Ternyata Bikin Depresi
Kemacetan, kebisingan, dan juga polusi udara jadi 'sahabat' saat berangkat dan pulang kantor.
Tentunya, tak ada yang suka terjebak dengan kemacetan saat berangkat dan pulang kerja. Sudah bukan rahasia kalau ini semua bisa membuat kamu jadi 'gila.'
Bahkan hal ini pun sudah didukung lewat penelitian terbaru dari Korea Selatan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Transport & Health menunjukkan bagaimana sejumlah efek perjalanan sehari-hari yang lebih lama dapat berubah menjadi depresi.
Perjalanan sehari-hari ke kantor atau ke tempat tujuan lainnya yang lebih lama telah dikaitkan dengan beberapa dampak buruk pada kesehatan. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang kurang aktif secara fisik, minum lebih banyak alkohol, dan bahkan kurang tidur karena waktu sibuk di hari-hari sibuk menjadi lebih sedikit bagi untuk melakukan aktivitas lain.
Lihat Juga : |
Dalam penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, para peneliti menganalisis data dari 23.415 orang berusia antara 20 dan 59 tahun dari Survei Kondisi Kerja Korea. Ini adalah survei kelima yang mereka lakukan sejak beberapa tahun lalu.
Dalam penelitian tersebut, para peserta diminta menjawab pertanyaan berdasarkan lima poin indeks kesejahteraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para peneliti menentukan kesehatan mental mereka.
Tim peneliti juga mengkaji beberapa faktor antara lain jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, wilayah, status perkawinan, pekerjaan, jam kerja mingguan, kerja shift, dan lain sebagainya.
Penelitian yang dipimpin oleh Lee Dong-wook, seorang profesor di Departemen Kedokteran Kerja dan Lingkungan di Rumah Sakit Universitas Inha di Korea Selatan ini menyebut bahwa orang yang menghabiskan lebih dari 60 menit perjalanan ke dan dari tempat kerja memiliki risiko 1,16 kali lebih besar mengalami depresi.
Kondisi ini jika dibandingkan mereka yang menghabiskan waktu kurang dari setengah jam di perjalanan.
Waktu perjalanan rata-rata harian adalah 47 menit, menurut penelitian, yang berarti hampir empat jam dihabiskan dalam perjalanan per minggu jika seseorang bekerja selama lima hari kerja.
Para peneliti mengatakan bahwa banyaknya waktu yang dihabiskan untuk bepergian dapat menyebabkan stres fisik dan psikologis.
"Dengan lebih sedikit waktu luang, orang mungkin kekurangan waktu untuk menghilangkan stres dan melawan kelelahan fisik melalui tidur, hobi, dan aktivitas lainnya," kata peneliti kepada Korea Biomedical Review (KBR), pekan lalu dikutip dari WION.
Mereka menambahkan bahwa hal ini juga membuat orang memiliki lebih sedikit waktu untuk melakukan gaya hidup sehat, termasuk olahraga.
Setidaknya seperempat dari 23.415 peserta mengatakan bahwa mereka mengalami gejala depresi.
"Hubungan antara waktu perjalanan yang lama dan gejala depresi yang memburuk ditemukan lebih kuat di kalangan pekerja berpenghasilan rendah," kata para peneliti.
Penelitian ini juga mencatat bahwa kondisi ini paling parah terjadi pada pria yang belum menikah, yang bekerja lebih dari 52 jam per minggu, dan tidak memiliki anak.
Sementara itu, bagi perempuan, waktu perjalanan yang lama paling erat kaitannya dengan gejala depresi pada pekerja berpenghasilan rendah, pekerja shift, dan mereka yang memiliki anak.