Saraf Kejepit Tak Tertangani Bisa Jadi Masalah Serius, Picu Lumpuh

CNN Indonesia
Sabtu, 02 Agu 2025 15:40 WIB
Ilustrasi. Jika tidak ditangani dengan tepat, saraf kejepit bisa memicu komplikasi serius, mulai dari kelumpuhan hingga gangguan pada organ vital seperti jantung. (istockphoto/Filip_Krstic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saraf kejepit sering dianggap sepele. Padahal, jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa memicu komplikasi serius, mulai dari kelumpuhan hingga gangguan pada organ vital seperti paru-paru dan jantung.

Menurut dokter spesialis ortopedi tulang belakang Eka Hospital BSD Asrafi Rizki Gatam, saraf kejepit yang ringan memang bisa sembuh dengan sendirinya lewat perawatan konservatif. Namun, jika dibiarkan terus-menerus dan kebiasaan buruk tetap dilakukan, dampaknya justru bisa fatal.

"Kalau tidak ditangani, bisa sampai mati rasa, kelumpuhan, kehilangan kontrol buang air kecil dan besar, sampai hilangnya sensasi di area genital," ujar Asrafi dalam Temu Media di kawasan Bintaro, Jumat (25/7).

Kelumpuhan akibat saraf kejepit berat juga bisa berdampak lebih luas. Ketika seseorang tidak lagi mampu bergerak, risiko komplikasi meningkat.

"Kalau sudah lumpuh, tubuh tidak aktif bergerak. Itu bisa menyebabkan infeksi paru-paru, gangguan jantung, hingga penurunan kualitas hidup secara drastis," lanjutnya.

Penanganan saraf kejepit

Meski selama ini saraf terjepit lebih sering dikaitkan dengan usia dewasa atau lansia, belakangan ini remaja juga mulai banyak yang mengalaminya. Gaya hidup yang tidak aktif, postur tubuh yang buruk, serta terlalu lama duduk sambil bermain gadget menjadi faktor pemicunya.

Untuk kasus ringan, terapi konservatif seperti fisioterapi, latihan peregangan, memperkuat otot, serta istirahat cukup bisa menjadi solusi awal. Namun, pengawasan tetap perlu dilakukan secara berkala agar kondisi tidak berkembang menjadi lebih berat.

Sedangkan untuk kasus saraf kejepit yang lebih serius, terutama jika sudah mengganggu aktivitas atau tidak merespons pengobatan konservatif dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi.

"Pada remaja, kita prioritaskan metode minimal invasif. Salah satunya adalah BESS (biportal endoscopic spine surgery)," jelas Asrafi.

Teknik ini menggunakan dua sayatan kecil (sekitar 0,5-0,8 cm) dan sangat presisi, sehingga meminimalkan trauma jaringan.

"Metode BESS dinilai sangat cocok untuk pasien remaja karena waktu pemulihannya lebih cepat dan risikonya lebih rendah. Ini penting agar proses tumbuh kembang tidak terganggu," kata dia.

(tis/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK