Dokter: 85 Persen Kanker Paru di RI Terdeteksi saat Stadium Lanjut

CNN Indonesia
Rabu, 06 Agu 2025 16:00 WIB
Ilustrasi. Sebagian besar kasus kanker paru di Indonesia terdeteksi saat telah memasuk stadium lanjut. (iStockphoto/utah778)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kanker paru-paru masih menjadi momok besar di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya menempati peringkat tertinggi dalam angka kejadian, tetapi juga menduduki posisi teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di Tanah Air.

Ironisnya, sebagian besar pasien baru menyadari kehadiran kanker paru ketika penyakit ini telah memasuki stadium lanjut. Dokter spesialis paru di RS Premier Surabaya, Laksmi Wulandari mengatakan, lebih dari 85 persen kasus kanker paru di Indonesia baru terdeteksi saat sudah berada di stadium III atau IV.

Pada tahap ini, kanker umumnya sudah tidak bisa disembuhkan atau non-curable.

"Kalau melihat dari tren, dari 1990 sampai 2021 trennya terus meningkat. Itu tandanya ini merupakan alarm yang tidak bisa dinafikan, dengan mortalitas yang masih tinggi saat ini," kata Laksmi dalam webinar Hari Kanker Paru Sedunia oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Sabtu (2/8), mengutip detikhealth.

Gejala awal kanker paru kerap kali samar atau tidak khas, sehingga banyak pasien yang tidak menyadari bahwa mereka tengah mengidap penyakit mematikan. Batuk berkepanjangan, sesak napas, hingga nyeri dada sering kali dianggap sebagai gangguan pernapasan biasa atau akibat kelelahan.

Akibatnya, pasien tidak segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Saat pemeriksaan dilakukan, sel kanker telah menyebar ke jaringan lain dan membuat pengobatan jadi lebih kompleks.

Akibatnya, tingkat ketahanan hidup pasien kanker paru di Indonesia tergolong rendah. Berdasarkan data studi CONCORD-2, hanya 12,2 persen pasien yang mampu bertahan hidup selama lima tahun setelah diagnosis. Angka ini jauh di bawah rata-rata global.

Laki-laki paling rentan

Ilustrasi. Laki-laki lebih rentan terkena kanker paru dibandingkan perempuan. (iStock/klebercordeiro)

Kanker paru memang bisa menyerang siapa saja. Namun, data menunjukkan bahwa laki-laki merupakan kelompok yang paling banyak terdiagnosis.

Sementara itu, pada perempuan, kanker paru berada di posisi kelima setelah kanker payudara dan kanker serviks.

Salah satu penyebab utama kanker paru adalah kebiasaan merokok. Laksmi mengungkapkan, 9 dari 10 kasus kanker paru pada laki-laki disebabkan oleh konsumsi rokok.

Pada perempuan, 8 dari 10 kasus terkait dengan paparan asap rokok suami atau orang di sekitarnya, alias perokok pasif.

"Bagaimana kanker paru bisa tumbuh, pertama adalah faktor risiko tadi sudah dijelaskan, merokok merupakan faktor risiko utama," ujar Laksmi.

Selain rokok dan asapnya, ada beberapa faktor lain yang juga berperan dalam munculnya kanker paru. Salah satunya adalah faktor genetik. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker paru dalam tiga generasi, seperti ayah, anak, atau saudara kembar berisiko lebih tinggi mengalami hal serupa.

Paparan zat-zat karsinogenik pun tidak bisa diabaikan. Karsinogen bisa berasal dari makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, polutan udara, asbes, hingga gas radon.

"Paparan karsinogen dalam makanan, asbes, polutan, radiasi, dan gas radon juga bisa menjadi pemicu mutasi sel di dalam tubuh," kata Laksmi.

(tis/asr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK