Ternyata Menangis Bisa Jadi Terapi Alami untuk Jiwa Lelahmu

CNN Indonesia
Minggu, 16 Nov 2025 19:30 WIB
Ilustrasi. Jangan ditahan, menangis bagus untuk kesehatan mental. (Istockphoto/monkeybusinessimages)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saat bayi menangis, kita tahu itu wajar. Namun, ketika orang dewasa menitikkan air mata, sering kali muncul rasa malu, bersalah, atau bahkan dianggap lemah.

Padahal, menurut para ahli, menangis justru memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental.

"Menangis adalah pengalaman yang unik bagi manusia," ujar Alla Demutska, direktur klinis psikoterapi dan konseling di The School of Positive Psychology. "Jika hewan mengeluarkan air mata untuk melindungi mata, manusia menangis karena emosi."

Sebagai bayi, tangisan adalah cara kita mengomunikasikan kebutuhan dasar, seperti lapar atau tidak nyaman. Namun seiring bertambahnya usia dan kemampuan berempati berkembang, tangisan menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan yang lebih kompleks, kehilangan, haru, bahkan bahagia.

Mengapa menangis bisa menyehatkan

Layaknya katup tekanan, menangis membantu melepaskan emosi yang terpendam. Melalui air mata, tubuh membuang hormon stres seperti kortisol dan prolaktin.

Setelah menangis, detak jantung melambat, napas menjadi dalam, dan tubuh terasa lebih rileks. Tak heran jika banyak orang merasa lebih ringan atau damai setelah menumpahkan air mata.

Menariknya, tangisan bahagia juga punya penjelasan ilmiah. Saat emosi positif begitu kuat, otak bisa 'keliru membaca' sinyal karena jalur saraf untuk bahagia dan sedih saling tumpang tindih.

Faktanya, perempuan menangis lebih sering dibanding laki-laki, antara 30 hingga 64 kali per tahun, sementara laki-laki hanya 5 hingga 17 kali. Namun, perbedaan ini lebih disebabkan oleh norma sosial, bukan semata faktor biologis.

Melansir CNA, Perempuan di tempat kerja sering khawatir dianggap terlalu emosional, sementara laki-laki diajarkan bahwa menangis adalah tanda kelemahan. Padahal, menangis adalah respons alami manusia, bukan simbol kegagalan atau ketidakmampuan mengendalikan diri.

Sayangnya, budaya korporat yang menuntut profesionalisme sering kali tidak memberi ruang bagi ekspresi emosional. Perempuan justru lebih sering mendapat penilaian negatif karena menangis di tempat kerja.

Tanda bahwa menangis itu perlu

Menangis sesekali bisa menjadi cara sehat untuk menata kembali emosi. Menangis dianggap seperti membersihkan lemari emosi. Jika semua disimpan, lama-lama terasa berat.

Menahan tangis terus-menerus bisa memicu efek fisik seperti sakit kepala, kelelahan, hingga tegang otot. Lebih jauh, emosi yang terpendam bisa menimbulkan mati rasa secara emosional atau iritabilitas.

Mengizinkan diri sendiri menangis berarti menerima diri apa adanya. Namun, tidak semua orang harus menangis agar sehat secara emosional. Ada orang yang memproses emosi dengan cara lain, melalui aktivitas fisik, seni, atau terapi bicara.

Kapan menangis bisa jadi tidak sehat?

Meski bermanfaat, tangisan yang terlalu sering atau tanpa sebab jelas bisa menjadi sinyal gangguan mental. Menangis terus-menerus hingga mengganggu aktivitas harian, hubungan sosial, atau disertai pikiran menyakiti diri juga perlu diwaspadai.

Tangisan yang tak memberi rasa lega justru bisa menunjukkan depresi atau gangguan duka berkepanjangan. Sebaliknya, tak pernah menangis sama sekali, meski menghadapi situasi berat bisa menjadi tanda adanya penekanan emosi berlebihan.

Tidak ada aturan baku tentang kapan dan di mana sebaiknya Anda menangis. Yang penting adalah memberi izin pada diri sendiri.

Sebagian orang merasa nyaman menangis di tempat pribadi seperti kamar mandi, tempat tidur, atau bahkan di alam terbuka. Stephen Lew Chien Hau, psikoterapis dari The School of Positive Psychology, mengatakan bahwa alam bisa menjadi tempat ideal untuk menumpahkan air mata.

"Alam membantu kita terhubung kembali dengan diri sendiri. Dia adalah pengatur alami sistem saraf yang membantu kita merasa lebih tenang," ujarnya.

Jika Anda butuh ruang lebih privat, menyewa ruang karaoke juga bisa jadi pilihan. Menyanyi sambil menangis bisa terasa melegakan. Atau, nikmati staycation, rendam diri di air hangat, dan biarkan air mata jatuh tanpa beban.

Bahkan naik bus panjang sambil menatap jendela bisa jadi momen refleksi pribadi yang tak kalah terapeutik.

Ingat, menangis bukan tanda kelemahan, melainkan cara tubuh menyeimbangkan emosi. Jadi, lain kali saat Anda merasa sesak, jangan buru-buru menahannya. Ambil tisu, biarkan air mata jatuh, dan beri ruang bagi diri sendiri untuk sembuh.

(tis/tis)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK