Kenali Sejak Dini, Ini Tanda-tanda Awal Demensia
Demensia atau penyakit pikun merupakan kondisi degeneratif otak yang diperkirakan dialami lebih dari 1,2 juta orang di Indonesia.
Penyakit ini umumnya menyerang individu di atas usia 50 tahun dan menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang memengaruhi ingatan, emosi, serta kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan.
Dampak demensia sangat beragam. Pada tahap awal, seseorang mungkin hanya mengalami kesulitan mengingat nama atau wajah orang lain. Namun, dikutip dari WebMD, ketika mencapai tahap lanjut, pasien dapat melupakan fungsi dasar, seperti cara berpikir hingga cara berjalan.
Meskipun demensia belum dapat disembuhkan, deteksi dini sangatlah krusial karena perjalanan penyakitnya dapat diperlambat. Jika penyakit baru terdeteksi pada tahap lanjut, upaya untuk memperbaiki kualitas hidup pasien menjadi sangat terbatas.
Dian Purnomo dari Alzheimer's Indonesia (ALZI) menjelaskan perbedaan antara lupa biasa dan lupa yang menjadi gejala awal demensia.
Mengenali Gejala Awal Demensia
"Demensia itu ada tujuh tingkatan dan biasanya baru ketahuan di tingkat tengah sampai akhir di mana sudah mulai mengganggu kondisinya," kata Dian seperti dikutip Detik, beberapa waktu silam.
Dian memberi contoh lupa yang perlu diwaspadai sebagai tanda demensia, dibandingkan dengan lupa biasa. "Kalau lupa ciri-cirinya 'oh saya taruh apa di mana' nanti masih bisa ingat lagi itu bukan alzheimer," tuturnya.
"Tapi kalau dia umpamanya mau mampir ke kantor pos kirim sesuatu, sampai rumah dilihat suratnya masih ada terus mikir 'hah ini kenapa ya ada di tas?' Benar-benar susah mengumpulkan memori lagi itu tandanya kita sudah perlu ke dokter," beber dia.
Jika dibiarkan, dampaknya akan semakin parah, melampaui sekadar lupa terhadap suatu objek. Pada tingkat yang lebih tinggi, pasien bahkan dapat kesulitan menelan karena lupa bagaimana cara mengunyah, yang sebetulnya adalah hal dasar.
Mengingat pasien sering kali tidak menyadari atau menolak dianggap sakit (denial), peran caregiver (yang umumnya adalah anggota keluarga) sangat penting untuk waspada dan membujuk pasien melakukan deteksi dini.
"Makanya kita kampanye sama yang muda-muda nih karena yang tua kalau sudah kena biasanya dia akan denial 'siapa yang pikun? Nggak ada'. Jadi yang muda harus lebih aware," tegas Dian.
Dian juga menambahkan, gejala yang sudah jelas terlihat dan seringkali baru memicu kunjungan ke dokter meliputi:
- Suka menuduh orang mencuri.
- Lupa tanda tangannya sendiri.
- Barang-barang sering hilang.