Jakarta, CNN Indonesia -- Italia tampil meragukan saat menghadapi Belgia di laga perdana grup E. Italia tak memiliki banyak pemain bintang dan memulai laga dengan kebingungan. Namun pada akhirnya Azzurri mengakhiri pertandingan dengan kemenangan di tangan.
Italia memulai laga lawan Belgia dengan pola permainan 5-3-2. Antonio Candreva dan Matteo Darmian yang jadi bek sayap diharapkan bisa aktif membantu Italia saat menyerang dan bertahan.
25 menit laga berjalan, Italia tampil buruk tanpa sekalipun melakukan tendangan ke gawang Belgia. Di 25 menit awal tersebut, hanya Gianluigi Buffon dan kawan-kawan di lini belakang yang layak mendapatkan pujian.
Namun Italia tetaplah Italia. Tim yang sering bermain membosankan di banyak turnamen ini tetap memiliki mental juara dan bisa membalikkan keadaan dengan hanya membutuhkan satu momen kesalahan.
Berawal dari umpan panjang Leonardo Bonucci, Toby Alderweireld gagal mengantisipasi bola sehingga Emanuele Giaccherini menerima bola dalam posisi bebas. Giaccherini tak bermain baik namun ia tetap bisa menaklukkan Thibaut Courtois dalam duel satu lawan satu.
Gol Giaccherini ini seolah mengangkat beban dari pundak Italia. Italia yang sudah diragukan sebelum kompetisi dimulai bisa tampil lebih percaya diri.
Akibatnya, nama-nama tak dikenal dan kurang populer macam Antonio Candreva, Graziano Pelle bisa memberikan ancaman besar bagi Belgia.
Bila saja Courtois tak sigap dalam melakukan penyelamatan, bukan mustahil Italia sudah mengantongi gol kedua sebelum babak pertama usai.
Belgia memang punya skuat bertabur bintang. Namun sebagai tim yang baru saja masuk kelompok elite, Belgia masihlah hijau.
Terbukti ketika serangan-serangan mereka gagal menyentuh kotak penalti Italia, bintang-bintang Belgia lebih memilih untuk bergantian melakukan tembakan dari luar kotak penalti, alih-alih mencari kombinasi untuk menerobos pertahanan Italia.
Meminta Italia bertahan tentunya sama saja seperti menyuruh ikan berenang. Pemain-pemain Italia sudah terbiasa bermain dalam tekanan tinggi lawan. Apalagi, lini belakang Italia diisi trio Juventus, Andrea Barzagli-Leonardo Bonucci-Giorgio Chiellini.
Trio ini, bersama Buffon, hampir tak memiliki celah karena sudah terus bersama dari satu pertandingan ke pertandingan lain.
Belgia kemudian semakin masuk dalam perangkap Italia. Di 20 menit akhir babak kedua, Italia lebih memilih menunggu Belgia menyerang secara sporadis sambil menunggu kesempatan melakukan serangan balik.
Italia pun nyaris mencetak gol kedua lewat skema serangan balik yang mengandalkan kecepatan yang dimiliki Ciro Immobile dan Candreva.
Belgia terlihat sudah tak terlalu berminat untuk bertahan. Fokus mereka di sisa laga adalah mengarahkan bola secepatnya ke depan dan mencetak gol penyama kedudukan.
Italia akhirnya memberikan hukuman atas gaya Belgia di sisa pertandingan. Lewat skema serangan balik, Pelle mampu melakukan tembakan voli indah hasil umpan matang Candreva. Gol yang layak dikenang sebagai momen pencabutan nyawa Belgia oleh Italia di laga tersebut.
Kemenangan dua gol atas Belgia tentunya mengembalikan Italia ke posisinya semula, sebagai salah satu tim kuat yang tak bisa diremehkan begitu saja. Bila sebelumnya publik mengesampingkan nama Italia sebagai favorit juara, maka kemenangan atas Belgia membuat publik kembali bisa melirik mereka.
(ptr)