Tiga Pelajaran Penting di Fase Pertama Piala Eropa

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Rabu, 15 Jun 2016 17:03 WIB
Jelang bergulirnya fase kedua Piala Eropa 2016, banyak pelajaran bisa dipetik baik oleh tim peserta maupun pihak panitia penyelenggara. Simak tiga di antaranya.
Bastian Schweinsteiger memastikan kemenangan Jerman ketika menghadapi Ukraina. (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 12 pertandingan telah dilangsungkan pada fase pertama babak penyisihan grup Piala Eropa 2016 di Perancis. Selain keseruan di atas lapangan, gol-gol indah, turnamen empat tahunan ini juga memiliki sejumlah kisah tersendiri, mulai dari kericuhan antar suporter maupun ancaman terorisme yang menghantui di luar lapangan.

Lantas, apa pelajaran yang bisa dipetik dari fase pertama Piala Eropa kali ini? Berikut hasil rangkuman CNNIndonesia.com dari fase pertama Piala Eropa 2016:

1. Menumpuk Pemain Bintang Bukan Jaminan

Hasil-hasil di fase pertama Piala Eropa kali ini mengajarkan tim-tim untuk tak jewama dengan kelebihan di atas kertas.

Pasalnya, kelebihan stok pemain bintang bukanlah jaminan hasil positif selalu di tangan, seperti yang ditunjukkan secara gamblang oleh negara yang kini menduduki peringkat kedua dunia versi FIFA, Belgia.

Bermaterikan pemain-pemain muda berkualitas di semua lini, Belgia justru mengawali langkah mereka di Piala Eropa kali ini dengan kekalahan telak 0-2 dari Italia, yang diragukan sejumlah pihak lantaran kekuatan tim yang dianggap pincang.

Italia sendiri memang datang ke Perancis dengan para pemain veteran di lini belakang, lini tengah yang dicap kehilangan jenderal pemimpin, hingga lini depan yang tak dianggal menakutkan lagi.

Namun Italia justru memberikan pelajaran klasik yang pahit bagi Belgia: kolektivitas akan selalu menjadi resep kesuksesan ketimbang aksi individual.

2. Jaga Konsentrasi Hingga Akhir

Laga sepak bola yang berlangsung selama 90 menit membuat para pemain yang tampil di atas lapangan tak bisa sedikit pun melonggarkan konsentrasi.

Fase pertama Piala Eropa kali ini telah menunjukkan bagaimana hilangnya konsentrasi dapat berujung pada hilangnya kemenangan di depan mata, hingga yang lebih pahit adalah berujung pada kekalahan.

Salah satu contoh yang paling jelas adalah kegagalan Inggris mempertahankan keunggulan mereka atas Rusia di laga perdana mereka. Unggul hingga 90 menit pertandingan berjalan, Inggris kehilangan poin penuh setelah kecolongan gol pada menit ke-90'+2'.

Hal sama juga dialami Rumania. Alih-alih mengamankan poin dari tim ruan rumah, Perancis, mereka justru menelan kekalahan karena membiarkan Dimitri Payet mencetak gol indah dari luar kotak penalti.

Sedangkan, hilangnya konsentrasi yang dialami Ozan Tufan, membuat pemain Turki itu menjadi sorotan satu negara lantaran ia dianggap membiarkan Luka Modric mencetak gol kemenangan Kroasia atas negaranya.

Ya, Tufan kehilangan konsentrasi lantaran memilih untuk merapihkan rambutnya dan mengabaikan pergerakan Modric. Kecerobohannya membikin Turki tumbang di laga perdana mereka.

Hilang konsentrasi di Piala Eropa? Siap-siaplah kehilangan kemenangan di depan mata atau merasakan pahitnya kekalahan.

3. Jangan Remehkan Suporter

Serangan terorisme yang melanda Paris, Perancis, 13 November silam, jelas menjadi sorotan tersendiri jelang Piala Eropa 2016.

Masalah keamanan dan ancaman terorisme merupakan ancaman yang ditanggapi serius pihak keamanan Perancis jelang perhelatan turnamen empat tahunan Eropa itu.

Alhasil, berbagai simulasi serangan teroris dan persiapan ekstra terus dilakukan pihak Perancis untuk memastikan Piala Eropa kali ini bebas dari ancaman teroris.

Ironisnya, keamanan tingkat tinggi dari otoritas Perancis justru 'kebobolan' ketika berhadapan dengan kericuhan antar suporter.

Otoritas pengamanan Perancis disorot banyak pihak lantaran 'membiarkan' suporter Inggris dan Rusia tanpa garis pembatas yang jelas di dalam stadion, yang akhirnya berujung pada kericuhan pada penghujung laga Inggris-Rusia.

Kerusuhan itu ditambah juga dengan berbagai kericuhan di jalanan yang membuat Inggris dan Rusia menjadi sorotan dunia. Intinya? Terorisme memang merupakan ancaman serius. Namun, jangan pernah meremehkan hooliganisme para pecinta sepak bola.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER