Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap film memiliki kisahnya masing-masing, begitu juga
The Judge. Bila penonton melihat keindahan versi
edited-nya di bioskop, maka sesungguhnya di balik itu ada banyak kisah ekstra yang tak kalah indah (atau lebih tepatnya seru), namun tak terekam oleh sang juru kamera. Kisah-kisah ini di antaranya:
Rumah CopperTidak mudah bagi kru
The Judge menemukan rumah yang pas untuk dijadikan rumah fiktif keluarga Palmer di Chicago. Setelah mengubek 69 rumah, akhirnya pilihan jatuh pada Copper House milik arsitek Charles Rose di Belmont, Massachusettes. Rumah ini dihuni Rose bersama istri dan anak bungsunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dikontak kru pada April 2013, Rose menyilakan begitu saja rumahnya dijadikan lokasi syuting. Tiga bulan kemudian, seluruh kru berbondong-bondong menyerbu rumahnya, termasuk sutradara David Dobkin. “Kami sangat senang dengan film ini. Tak masalah kami tidur di hotel selama syuting berlangsung,” tutur Rose kepada laman
boston.
Rumah milik lulusan Universitas Princeton dan Harvard ini merupakan rumah tua yang dibangun pada 1940-an. Semula hendak dibongkar total, tapi kemudian sekadar direnovasi plus bangunan tambahan yang disebut
cedar box. Renovasi yang dituntaskan pada 2004 ini menelan biaya USD 800.000.
Saat Downey Jr. datang ke rumah Copper, anak Rose yang berusia 11 tahun mengajak sang aktor berkeliling. Melihat-lihat lima kamar tidur, ruang keluarga, ruang bermain, ruang musik, dapur, ruang makan, dua kantor dan tiga teras. Para tetangga pun berdatangan meminta tanda tangan Downey Jr.
Duffy-Poule Funeral HomePenonton
The Judge pasti terpukau melihat keindahan lanskap yang dijadikan lokasi syuting, seperti Iron Bridge yang menjembatani Shelburne dan Buckland, juga air terjun Sherburne. Tak kalah menarik, area pemakaman Duffy-Poule di Attleboro, Massachusettes. Syuting di sini dilangsungkan pada Juli 2013.
“Kami bersuka cita,” kata Ryan O’Hanlon, pemilik pemakaman, kepada laman
thesunchronicle. “Tak sabar ingin segera menonton filmnya.” Saat rehat syuting, warga sekitar yang berdatangan dan meminta tanda tangan para aktor. Saking girangnya, O’Hanlon berniat membeli poster film
The Judge untuk dijadikan memento, suvenir kenangan.
Adegan RomansaTak mudah bagi Vera Farmiga melakukan adegan romansa dengan Downey Jr. di
The Judge. “Dalam sebuah adegan, saya duduk di pangkuan Downey Jr. dan sutradara menyuruh saya melakukan ini itu, sementara Susan, istri Downey Jr., berdiri di sana sembari manggut-manggut.”
Di sisi lain, Farmiga merasa nyaman bekerja sama dengan Downey Jr. “Ia pria dengan banyak gagasan. Tak ubahnya mobil bermesin besar.” Dalam pandangannya, sang aktor berbeda dibanding warga Hollywood lain: baik hati, memiliki segalanya, tapi tidak menyepelekan orang lain.
Giliran David Dobkin melontarkan pujian untuk Farmiga yang dijulukinya, “
the heart.” Sang aktris, dalam penilaian Dobkin, memiliki semangat luar biasa dan hati mulia. Bila Farmiga mendapat julukan baik, sebaliknya Billy Bob Thornton mendapat juluk unik “
Hillbilly Orson Welles” dari Dobkin dan Duvall.
Donat vs. SushiPenganan donat sangat terkenal di Massachusettes. Namun ternyata duo Robert malah tak mengudapnya sama sekali selama syuting. Kepada laman
collider, mereka mengaku beberapa kali menyantap makanan Jepang di restoran kontemporer O Ya milik pasangan Nancy dan Tim Cushman.
Buka pada Maret 2007, O Ya disebut-sebut sebagai restoran nomor satu di AS di luar New York versi New York Times. Nama unik restoran ini terinspirasi ekspresi heran orang Jepang. Menyajikan 80 jenis hidangan kreasi chef Tim Cushman, termasuk sake yang diracik khusus oleh sang pakar sake, Nancy Cushman.
Team DowneySaat ditanya seorang wartawan bagaimana rasanya bekerja sama dengan produser Team Downey yang terkenal “menyebalkan,” Duvall mengaku senang-senang saja. “Produser dari studio lain mungkin menyebalkan ya, tapi Team Downey tidak.” Team Downey dibangun oleh Robert Downey Jr. dan istrinya, Susan Levin, pada 2010.
Ulasan laman
hollywoodreporter menyebut, kolaborasi suami istri ini sebagai simbiotik yang sempurna dan langka di Hollywood. Dibangun dengan
budget USD 50 juta, semula proyek ini nyaris diberi nama RoSuDo (akronim dari Robert Susan Downey) atau Team Clown. Untungnya, urung.
Kebersamaan jadi alasan pasangan ini membangun proyek yang berlogo unik seperti petunjuk lalu lintas. “Kami bersama-sama sebagai keluarga, juga sebagai produser film,” kata Susan. Keduanya pun berbagi tugas: Downey Jr. mengarap sisi kreatif, sementara Susan mengurusi produksi.
“Kadang mereka susah akur,” kata pimpinan produksi David Gambino blak-blakan. “Walaupun sebenarnya menyenangkan.” Di kantor di Los Angeles, terlibat 15 staf, terdiri dari penulis, produser, periset, desainer, dan ahli teknik. Makin sibuk, Downey Jr. justru senang, “Ini semua bagian dari terapi kehidupan.”