Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ingin
The Fury tampak seperti film perang yang sudah-sudah, sutradara David Ayer dan kru berusaha keras menyiapkan properti, seorisinal mungkin. Hasilnya, peristiwa 70 tahun silam—saat Perang Dunia II masih berkobar di Jerman—bagai terulang kembali pada masa kini. Dalam ulasannya,
Cinema Review menggambarkan betapa serunya kru menyiapkan properti "jadul" untuk film yang tayang perdana hari ini (17/10) di bioskop.
Ada “Jerman” di Inggris“Lokasi yang luar biasa,” kata manajer lokasi Lee Robertson melontarkan pujian bagi kawasan Shirburn, tak jauh dari Oxford, Inggris. Di kawasan berpanorama asri inilah, Andrew Menzies yang bertanggung jawab atas desain produksi membangun sepetak Jerman sebagai lokasi syuting selama belasan minggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntung, negeri ini memiliki aset luar biasa, dari lokasi, properti tank sampai cuaca. “Inggris memang lokasi ideal,” sahut produser John Lesher. Dengan penuh ketelitian, Menzies membangun permukiman bernuansa khas Jerman, “Ukuran rumahnya harus disesuaikan dengan ukuran tank-nya, supaya tidak tampak aneh.”
Kostum “Breakdown"
Butuh dua tahun bagi desainer kostum Owen Thornton untuk meriset pakaian yang pas bagi para pemeran
The Fury. “Ada perbedaan: pakaian tentara Amerika lebih mirip
ragtag mob, bercorak garis dan gombroh, bernuansa cokelat. Pakaian tentara Jerman bergaya
sculpted dan
form-fitting. Sering gonta-ganti pola demi kamuflase. Sekurangnya ada 35 pola berbeda.”
Pakaian harus tampak “sering dipakai sampai koyak” yang disebut “
breakdown." Tim Thornton membuat ratusan pakaian model ini dengan keunikan masing-masing, seperti kantong gembung atau sobek. Civilian Costume Designer Maja Meschede bahkan “terbang” ke Berlin untuk membeli busana buatan 1930-1940-an, yang dipakai karakter Irma dan Emma. Tekstur pakaian jadul sangat khas, tidak bisa digantikan pakaian masa kini.
Varian Tank JadulSejatinya, Fury memang nama varian tank Sherman orisinal peninggalan Perang Dunia II. Setelah 70 tahun “pensiun” dan menghuni Museum Tank di Bovington, Inggris, akhirnya “Untuk pertama kali, publik melihat tank ini di film perang,” kata kurator museum David Willey.
Asisten art director Gary Jopling dan bagian properti membuat model interior tank yang 10 persen lebih besar agar kamera leluasa bergerak. “Kami padukan bagian-bagian dari berbagai tank untuk menciptakan interior yang tampak autentik dan berfungsi normal, terutama bagian berteleskop yang digunakan karakter Bible.”
Bukan Riasan Biasa“Lupakan teknik riasan klasik, kita bubuhkan
dirt make-up di jemari dan usapkan ke wajah para pemeran,” kata desainer rias wajah dan rambut Alessandro Bertolazzi kepada timnya. Lukisan karya seniman Oskar Kokoschka, Francis Bacon dan Egon Shiele, yang menampilkan drama dan kepedihan pun dijadikannya referensi.
Tim perias antusias dengan ide baru Bertolazzi. Usai mengikuti pelatihan sehari, mereka pun lihai membuat riasan coreng moreng, plus merah darah. “Riasan
dirt-nya punya level berbeda,” kata Bertolazzi. “Level satu: riasan tipis patina hijau kecokelatan dan level empat: riasan penghuni lama kamp lapangan becek.”