Jakarta, CNN Indonesia -- Membuat film perjuangan tak semudah sinema lain. Sineas perlu menciptakan latar sedemikian hingga mirip kondisi tahun yang bersangkutan. Situasi pun harus dibangun sesuai sejarah yang ada.
Itu pula yang dialami
Trilogi Merdeka:
Merah Putih, Darah Garuda, dan Hati Merdeka. Para pemain dan kru harus menjelajah hutan demi mencari lokasi pengambilan gambar yang pas. Tempatnya pun berpindah-pindah. Pernah di tengah hutan, di atas perairan, juga di dalam perkampungan terpencil.
Diceritakan Rahayu Saraswati, pemain sekaligus produser film itu, tim
Trilogi Merdeka syuting selama enam bulan. “Empat bulan untuk film pertama dan separuh film kedua. Dua bulan untuk setengah film kedua dan film ketiga,” kata Saras, saat dihubungi
CNN Indonesia, Rabu (15/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama waktu itu, banyak hal yang dialami Saras. Tantangan paling ekstrem baginya adalah riasan. Bukan hanya wajah yang dilumuri riasan agar warna kulitnya lebih gelap, tetapi juga seluruh tubuh.
“Pertamanya pakai bubuk cokelat.
Bayangin aja seluruh wajah sampai badan ditutupi bubuk cokelat selama berbulan-bulan.Rahayu Saraswati |
Yang kedua, baru akhirnya pakai
foundation warna gelap,” ia menuturkan.
Selain itu, para pemain juga harus mencerminkan kondisi tentara ada masa kemerdekaan. Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Lukman Sardi, Zumi Zola, dan Teuku Rifnu Wikana dituntut menguruskan badan agar penampilannya mirip bangsa Indonesia di zaman perjuangan.
Namun, Saras bercerita, menguruskan tubuh adalah tantangan paling berat bagi mereka. “Kayaknya soal itu gagal. Soalnya kita makan melulu. Kalau enggak lagi akting,
kan nunggu. Ada makanan, ya kita makan terus,” ujar aktris yang belajar akting sampai ke Hollywood itu, lalu tertawa mengenang.
Utamakan keamananYang paling diingat Saras dari proses syuting
Trilogi Merdeka, adalah kerjasama dengan kru asing. Produser, kru efek spesial, penata rias, dan pengatur pemain pengganti diambil dari tenaga profesional. Sebelumnya, para kru itu berpengalaman menggarap film besar Hollywood.
Karena itu, Saras mengatakan, soal keamanan dan keselamatan diperhatikan betul. Meski
Trilogi Merdeka banyak menggunakan senjata tajam, senjata api, bahkan bom, tak ada pemain cedera. “Luka sana-sini ada, tapi itu pemain pengganti. Aktornya enggak. Kita aman banget,” ujarnya.
Kekuatan efek juga menjadi andalan. Di antaranya, saat pengeboman dan aksi pemotongan lidah tentara yang diperankan Teuku Rifnu. Meski pemotongan lidah tidak diperlihatkan, penonton diarahkan untuk membayangkan hal mengerikan.
“Itu sekelebatan saja, itu kekuatan efek. Imajinasi yang dimainkan,” ujar Saras.