Jakarta, CNN Indonesia --
No retreat, no surrender! Semboyan itu menyatukan tiga sahabat sejak kecil: Maria, Manolo, dan Joaquin.
Maria perempuan mandiri sejak kecil. Ia pencinta binatang dan pengagum ketulusan hati. Manolo, turunan termuda keluarga Sanchez. Dalam darahnya, mengalir bakat seorang matador. Tapi, di dasar hatinya Manolo amat mencintai gitar.
Sedang Joaquin mewarisi sikap kesatria sang ayah yang meninggal saat melawan Chakal, raja bandit.
Dua penguasa kematian di Meksiko, La Muerte penguasa dunia orang yang diingat dan Xibalba penguasa dunia orang yang dilupakan, menjadikan tiga bocah itu sebagai objek taruhan. Siapa yang bakal menikahi Maria saat dewasa kelak? Manolo atau Joaquin?
Bocah-bocah lelaki itu pun tumbuh dewasa. Dengan sedikit ‘bantuan’ dari Xibalba, Joaquin menjadi pemuda garang yang pemberani dan kuat. Sementara Manolo, memilih mengikuti kata hatinya untuk menjadi matador yang tak pernah tega membunuh banteng.
Di mata keluarga Sanchez dan warga lain, sikap Manolo memalukan. Tapi di hadapan Maria yang baru kembali setelah dewasa, Manolo bak pahlawan. Ia mengagumi sikapnya yang jantan sekaligus penyayang. Pemberani sekaligus melankolis dan romantis.
Melihat binar cinta di mata kedua sahabatnya sejak kecil, api cemburu dalam diri Joaquin berkobar. Tanpa tedeng aling-aling ia melamar Maria. Ayah gadis itu langsung setuju, karena hanya kekuatan Joaquin yang bisa melindungi warganya dari kejahatan Chakal.
Apalagi, kecurangan Xibalba membuat Manolo terhempas ke dunia arwah. Ketulusan persahabatan dan cinta pun mulai terombang-ambing. Masihkan ada harapan bagi Manolo untuk hidup lagi?
Sarat pesan The Book of Life bisa dibilang film animasi yang cerdas dan lucu. Sejak awal, film itu sarat pesan. Namun, semua disampaikan secara cerdas, sama sekali tak membosankan dan terkesan menggurui.
Film animasi Jorge R. Gutierrez itu memunculkan pesan soal keteguhan hati, serta kemurnian dan ketulusan cinta. Lewat sosok Manolo, penonton diajari untuk berani mengambil tindakan sesuai kata hati. Manolo tidak menyerah pada kondisi, bahkan nasib yang telah ditakdirkan.
Ia punya keyakinan kuat bahwa siapapun bisa mengubah jalan hidup, asal berusaha. Manolo orang pertama yang bisa menuliskan kisahnya sendiri dalam buku kehidupan. Ia juga simbol pemimpin yang tegas namun berhati lembut.
Di sisi lain, keangkaraan digambarkan terang benderang. Sutradara meyakinkan bahwa kecurangan sesederhana apapun, tak bisa ditoleransi. Namun, orang jahat tak selamanya jahat. Terkadang, mereka terlihat jahat hanya karena terlalu keras menginginkan sesuatu.
Sosok Joaquin menanamkan rasa menerima. Itulah nilai tambah untuk sifat kesatria. Film ini layak direkomendasikan untuk ditonton anak-anak, karena bisa membentuk pemikiran mereka.
Dari sisi penggarapan,
The Book of Life cukup menarik. Animasinya nyaris tanpa cacat. Hanya saja, teknologi yang digunakan kurang maksimal. Untuk film animasi yang dipertontonkan secara 3D, tidak ada gerakan-gerakan menonjol yang mampu mengejutkan penonton.
Bahkan alam arwah yang ditampilkan secara mewah, tidak terlihat berbeda dengan format 3D. Itu sedikit mengecewakan bagi penonton yang mengharapkan ‘guncangan’ di bioskop.
The Book of Life melibatkan nama-nama kondang seperti Deigo Luna, Zoe Saldana, dan Channing Tatum. Film itu akan tayang di bioskop Indonesia mulai hari ini, Jumat (17/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT