DIWALI 2014

Cara India Menuanrumahkan Film Lokal

CNN Indonesia
Senin, 27 Okt 2014 14:14 WIB
Didukung pemerintah India, film-film Bollywood menjadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus mendunia. Film Indonesia pun tak kalah, asalkan bermutu.
Shah Rukh Khan di Festival Film Maroko. Mendunia berkat dukungan pemerintah India. (Getty Images/Dominique Charriau)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perlahan namun pasti, industri perfilman Bollywood punya daya gebrak yang nyaris sama seperti Hollywood. Film-film India berhasil merasuk ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Bukan sekadar tayang atau diputar sehari dua hari, film-film itu menjadi populer dan meraja.

KK Dheeraj, salah satu produser film berketurunan India di Indonesia menuturkan, kekuatan Bollywood didapat dari dukungan pemerintah. Dalam perbincangan melalui telepon dengan CNN Indonesia, hari ini (27/10), KK mengaku pemerintah India lebih apresiatif terhadap film lokal.

“Syuting di luar negeri gratis, dibiayai pemerintah. Karena film-film itu nanti akan membawa nama negara ke Eropa, Amerika, Asia. Itu sama saja mengangkat pariwisata daerah,” KK mengatakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilik rumah produksi K2K Production itu melanjutkan, “Di India, membuat film dianggap seperti mempromosikan negara.” Karena itulah film Bollywood seperti Happy New Year yang dibintangi Shahrukh Khan bisa tayang serentak di Asia, Amerika, maupun Eropa.

Menurut KK, pemerintah berani jor-joran soal biaya dan kualitas film karena yakin film India akan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Penonton film dipastikan ada: masyarakat India sendiri.

Film Bollywood dicintai seluruh masyarakat India, tak peduli status sosial. “Mau pembantu, pekerja kantoran, semua nontonnya film India. Malah bagi mereka film Inggris itu nomor dua,” ujar KK.

Fakta itu, dirasakan KK sangat berbeda dengan di Indonesia. Masyarakat negeri ini masih menomorsatukan film luar negeri ketimbang bikinan putra sendiri. “Masyarakat kelas atas masih lebih suka nonton film Inggris,” ucapnya mengeluh. Padahal film Indonesia tak kalah bagus.

Menurut KK, film dalam negeri mulai banyak yang berkualitas. Ia sendiri sudah beralih dari genre horor ke drama remaja dan komedi. KK jugalah yang memproduseri Jokowi dan Jokowi Adalah Kita.

“Harus berubah, harus edukatif. Yang nonton kan, anak-anak muda, lebih bagus kalau ada pendidikannya,” ujarnya menjelaskan alasan di balik hijrahnya ke genre film yang berbeda.

Belajar dari India

KK sempat belajar film ke India. KK yang lahir dan besar di Indonesia sejatinya mewarisi darah pedagang. Ayahnya punya usaha pabrik keramik di Gunung Putri, sedang ibunya juragan berlian.

Namun sejak SMA, KK merasa enggan meneruskan usaha orang tuanya. Ia justru tertarik pada industri kreatif, terutama film horor. KK pun menguatkan tekad belajar film ke India dua tahun.

“Setelah itu saya sudah enggak betah, ingin buru-buru balik ke Jakarta,” ia menuturkan. KK sudah tak sabar ingin berkreasi membuat film. Karya pertamanya, Babi Ngepet, sempat dikomersialkan.

“Kalau teman-teman produser India yang lain memang keturunan. Sekarang banyak anak yang meneruskan usaha orang tuanya di industri film. Kalau saya, mulai dari nol,” katanya bercerita.

KK berpendapat, India memang layak menjadi tempat belajar film. Pemerintah, sineas, maupun masyarakat perlu meniru India untuk menjadikan film Indonesia tuan rumah di negeri sendiri.

“Sekarang sih sudah bagus, tinggal tingkatkan kualitas lagi. Setelah itu, balik ke penonton. Kita harus bangga. Penonton harus memilih film sendiri dibanding film asing,” ujarnya menyarankan.

Menurut KK, jika terus dijejali film berkualitas, kelamaan masyarakat akan sadar bahwa film Indonesia tak kalah dengan buatan Bollywood, bahkan Hollywood sekalipun.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER