KERONCONG BELUM MATI

Keroncong Melampaui Wilayah dan Waktu

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 07:45 WIB
Hijrah dari pesisir ke perkotaan, keroncong tetap bertahan hingga kini. Komunitas Portugis berperan melambungkan pamor dan melestarikannya.
Keroncong tetap bertahan dari waktu ke waktu (CNN Indonesia/Donatus Fernanda Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejarah keroncong di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Kampung Tugu, Jakarta Utara. Di kampung kecil yang berada di pesisir utara Jakarta inilah keroncong Indonesia menemukan bentuknya.

Pada 1661, setelah Maluku berhasil diduduki oleh Belanda, sekumpulan orang Portugis beserta keluarganya dibuang ke Kampung Tugu. Lalu, mereka membentuk komunitas budaya Portugis. Konon, nama Kampung Tugu sendiri diambil dari kata Por-tugu-ese.

Banyak pihak beranggapan, keroncong Indonesia lahir dari Maluku, lalu menyebar ke penjuru Nusantara. Namun hal ini ditolak oleh pengamat keroncong sekaligus Viktor Ganap, guru besar musikologi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanpa peranan komunitas Tugu, musik keroncong tidak akan pernah lahir seperti bentuknya yang sekarang ini," katanya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Orkes keroncong di Kampung Tugu sendiri secara terorganisir baru berdiri pada 1925 silam dengan nama Orkes Poesaka Krontjong Moresco Toegoe-Anno 1661. Orkes ini didirikan oleh Joseph Quiko.

Ditinjau dari segi musikalitas, sejatinya keroncong  memang musik Portugis namun mengalami akulturasi budaya. Para penduduk kampung Tugu inilah yang memiliki peran penting dalam penyebaran keroncong di Indonesia.

Pada mulanya keroncong dinyanyikan dalam bahasa Portugis. Lagu utama dan tertua keroncong di Indonesia, menurut Victor, yaitu Moresco. Lagu utama dalam setiap pertunjukan dan perlombaan keroncong di Jakarta yang kala itu bernama Batavia.

Setelah keroncong mulai populer di masyarakat perkotaan pada akhir abad ke-19, Hindia Belanda ingin menghapus seluruh jejak peninggalan Portugis. Ujungnya, mewajibkan seluruh lagu keroncong dinyanyikan dalam bahasa Melayu.

Buaya Keroncong

Pada rentang abad ke-20, popularitas keroncong semakin melejit di masyarakat perkotaan. Banyak orkes keroncong yang mulai bermunculan di Batavia pada masa itu.

Berawal dari kampung Tugu, orkes keroncong kemudian menyebar ke wilayah lain yang berdekatan. Misalnya di Kampung Bandan, dan Kemayoran. Kehidupan keroncong di Kampung Bandan sendiri ditopang oleh masyarakat nelayan buangan yang menetap di sana.

Berbeda dengan kehidupan keroncong di Kampung Bandan, komunitas keroncong di Kemayoran mengalami nasib lebih baik. Karena lokasinya yang berdekatan dengan pusat kota, keroncong mendapat dukungan dari kelompok masyarakat Indo-Belanda.

Salah satu orkes keroncong Kemayoran yang sukses adalah De Krokodilen, yang berarti buaya. Mereka tampil sebagai pemusik keliling dengan penampilan yang menghibur. Para orang tua pun merasa resah karena takut anak gadisnya tergila-gila pada para pemusik ini.

"Sejak itulah pemusik keroncong memperoleh julukan buaya keroncong," tutur Viktor.

Menurut Viktor, ada beberapa alasan mengapa musik keroncong bisa bertahan dan mencapai puncak popularitasnya. Pertama, keroncong adalah musik baru yang bukan klasik Barat, juga bukan gamelan lokal. Musik keroncong pada waktu itu hadir sebagai alternatif hiburan masyarakat.

"Yang terpenting dari proses Indonesia-nisasi keroncong adalah pada zaman Belanda, keroncong sering dilombakan di panggung-panggung terbuka," ucap Viktor.

Kedua, keroncong mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dari Pemerintah Hindia-Belanda sendiri memberi panggung secara terang-terangan bagi pemusik keroncong. Misalnya, dengan memberi kesempatan untuk tampil di Pasar Malam Gambir. Selain itu dukungan dari komunitas Indo-Belanda yang menyukai musik keroncong juga tak kalah penting.

Ketiga, ada roda ekonomi yang berputar dengan cepat di Batavia akibat popularitas musik keroncong. Para perajin gitar keroncong dari Kampung Tugu menyetor produknya ke Passer Baroe (Pasar Baru) dan laris diborong oleh kelompok orkes yang menjamur di sudut-sudut kota Batavia.

Proses-proses inilah yang kemudian membuat keroncong perlahan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER