Jakarta, CNN Indonesia -- Ibarat potongan kue, porsi tayangan keroncong di layar kaca tak ubahnya remah-remah bila dibandingkan pop yang mendapat porsi amat besar. Agaknya, cuma TVRI Nasional yang rutin dan spesifik menyiarkan acara
Musik Keroncong saban Senin pukul 23.00 WIB.
Selain itu, juga ada acara
Bale-bale yang disiarkan TVRI DKI Jakarta setiap Kamis, pukul 15.30 WIB. Menyajikan ragam pengetahuan tentang Betawi, acara ini menyisipkan keroncong khas Betawi yang berirama lebih dinamis.
“Salah satu kekhasannya, keroncong Betawi ada pantunnya, karena mendapat pengaruh Melayu,” kata Yoyo Muchtar, penyanyi keroncong Betawi sekaligus pemandu acara
Bale-bale. “Lagunya yang populer, seperti
Kicir-kicir, Surilang, Jali-jali, dan
Dewi Murni.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Yoyo, alunan keroncong menyejukkan batinnya. Makanya ia tetap loyal berkiprah di kelompok keroncong Bandar Jakarta yang dibentuk pada 1978. Selain Yoyo sebagai vokalis, juga terlibat para pemain biola, flute, cello, gitar, bass, ukulele dan banjo.
Kesan serupa juga dirasakan Jessica Huwae, penulis dan
co-founder @nyonyabuku. Menurutnya, keroncong memberikan
calming effect bagi indra dengarnya. Terlebih lagu-lagu keroncong yang menjadi
soundtrack dan
scoring film-film bertema perjuangan.
“Ada perasaan haru dan megah,” kata penggemar Sundari Soekotjo yang sesekali memirsa
Musik Keroncong di TVRI Nasional. Jessica makin senang, karena belakangan ini, sineas Nia Dinata dan Joko Anwar memasukkan keroncong sebagai
scoring film mereka.
Menurut Yoyo, sajian keroncong layak diapresiasi semua kalangan. Rutin dipertunjukkan secara
live maupun di layar kaca dan layar lebar, sekaligus dikembangkan: ada pembinaan keroncong bagi generasi muda. Dengan begitu, keroncong pantang mengalami "kekeringan" dan bisa lestari.