Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak film Indonesia yang berkualitas dan dapat merepresentasikan kondisi negeri dengan baik. Film-film itu juga sangat bisa dibawa ke luar negeri mewakili Tanah Air.
Sayang, perawatan dan pengarsipan film di Indonesia masih jauh dari kata layak. Terutama, untuk film-film lawas.
Itu disampaikan Riri Riza saat diskusi di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (25/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebutkan beberapa film dari tahun 1950-an yang menurutnya berkualitas. Misalnya:
Lewat Jam Malam, Perempuan di Sarang Penyamun, serta
Tiga Buronan. Ketiga film karya anak bangsa yang menurut sutradara
Laskar Pelangi itu sangat bagus.
"Begitu pula dengan film-film karya Bing Slamet.
Koboi Cengeng, misalnya, mencerminkan bahwa Indonesia punya selera humor yang bagus," katanya. Ia juga menyebut karya-karya Slamet Rahardjo.
Film
Cahaya dari Timur juga dipujinya. "Ini film pertama yang mengisahkan konflik Maluku dari sisi kebudayaannya. Film ini bercerita bagaimana konflik dapat diselesaikan dengan berbagai cara, baik itu politik sampai kebudayaan," tuturnya.
Dari film-film itu Riri menyimpulkan, sejatinya Indonesia memiliki banyak sekali aset. "Sayang, hampir semua film ini tidak didokumentasikan secara baik di Sinematek," kata sahabat Mira Lesmana itu.
Ia menambahkan, "Film-film ini harus direstorasi, digitalisasi, dan disimpan dengan baik," katanya.
Selain film komersial, Riri juga pernah menggarap film yang kental unsur budaya, seperti
Drupadi. "Film ini tidak lekang oleh waktu. Mungkin masih bisa ditonton 50 tahun lagi," katanya. Untuk itu, tentu butuh pendokumentasian yang baik.