Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa orang memiliki kebiasaan atau 'ritual' khusus sebelum melakukan suatu kegiatan. Penulis kondang novel religi Asma Nadia mengungkapkan rahasianya sebelum mulai menulis sebuah novel.
"Saya terbiasa mengambil wudu saat ingin menulis," ujar Asma kepada CNN Indonesia saat penayangan perdana film yang diangkat dari novel miliknya,
Assalamualaikum Beijing, di Kuningan Jakarta (26/12).
Begitu mulai menulis, ia mempertimbangkan kebutuhan pembaca. Dirinya pun selalu berusaha membuat dari sudut pandang yang berbeda ketika topik yang ada sama dengan yang lain, seperti yang ia lakukan untuk
Catatan Hati Seorang Istri dan
Emak Ingin Naik Haji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat menulis tidak ada rahasia khusus," ujar Asma.
Asma Nadia termasuk salah satu penulis produktif dan pencipta
best-seller di Indonesia. Tercatat sudah 49 buku yang ia ciptakan, dan empat di antaranya sudah diangkat ke layar lebar termasuk Assalamualaikum Beijing, serta dua novelnya sudah diangkat ke layar kaca.
Untuk tahun depan, novelnya yang berjudul
Hijab Traveller dan
Kisah Cinta di Seoul siap untuk difilmkan. Tambah lagi, satu novel lain pun siap diangkat ke layar kaca, kali ini
genre komedi dan bekerja sama dengan penulis Hilman mengangkat tema remaja.
"Curhatan dari para pembaca pun menjadi salah satu sumber ide juga," katanya.
Asma memang salah satu penulis yang aktif berinteraksi dengan pembaca setianya. Ia membuka milis surel khusus tempat pembaca setianya dapat mencurahkan kisahnya. Ketika menemukan kisah yang menarik untuk diangkat, maka Asma akan membuatnya.
Seringkali Asma menemukan kisah pilu dan inspiratif untuk diramu menjadi sebuah novel. Baginya, ia hanya ingin membagi semangat optimisme melalui karya-karyanya.
"Film dan kisah
Assalamualaikum Beijing ini cocok buat yang patah hati, belum
move on, karena
girl power dan semangat
move on-nya tinggi," ujar Asma. "Ada juga semangat ketabahan dan kesabaran, kita belajar semangat hidup dari orang yang begitu dekat dengan kematian."
Mengenai tema novel karyanya yang lebih bernuansa religi, Asma membantahnya, "Saya lebih senang menyebut bernuansa kebaikan, karena lebih universal."
Ia mengisahkan kisahnya yang meskipun seringkali berkaitan dengan kehidupan muslim, tetapi juga diminati oleh non-muslim. Dirinya menceritakan, ada seorang non-muslim yang telah membaca buku
Emak Ingin Naik Haji tiga kali dan menonton filmnya enam kali. Artinya, Asma mengatakan, pesan yang ia sampaikan dapat ditangkap oleh penganut agama lain karena bersifat universal.
Dari sekian banyak novel yang telah ia buat, banyak sekali kisah mengenai kaum perempuan yang tertindas, terlecehkan, ataupun terluka. Ia pun mengakui terkadang geram menemukan kenyataan seperti itu.
Dengan banyaknya kisah perempuan tersebut, Asma hanya ingin menyampaikan pesan mulia yang ia percaya dalam Islam, bahwa Islam memuliakan kaum perempuan.
"Saya ingin tulisan saya menguatkan perempuan dari berbagai usia," ujar Asma. "Karena jika perempuan kuat, mereka akan menjadi istri dan ibu yang kuat sehingga masa depan generasi setelah kita berada di tangan yang kuat."