Jakarta, CNN Indonesia -- Louis 'Louie' Zamperini bukan atlet biasa. Pelari Olimpiade itu juga seorang prajurit Amerika Serikat. Angelina Jolie mengulik kisah hidupnya melalui drama biografi,
Unbroken.
Zamperini diperankan Jack O'Connell. Ia tumbuh sebagai remaja keturunan Italia yang badung dan tidak taat pada peraturan, orang tua, maupun agama. Setiap kali ketahuan berkelahi atau mencuri, Zamperini memilih melarikan diri.
Tingkah Louie--nama kecilnya--yang bandel membuat sang kakak, Pete (Alex Zamperini), berinisiatif memaksanya menjadi atlet lari. Pete yakin, kelak Louie bisa menjadi sosok yang hebat. Ia tak patah arang menyemangatinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha Pete pun membuahkan hasil. Louie menjelma menjadi atlet kebanggaan Amerika Serikat di Olimpiade 1936. Namun impian Louie dewasa tak bisa dihentikan sampai di situ saja. Ia ingin lebih membanggakan negaranya tercinta.
Setelah menjadi atlet, Louie lantas masuk ke dalam pasukan angkatan udara Amerika Serikat dan berperang dalam Perang Dunia II.
Di tengah sebuah tugas. Louie mengalami kecelakaan pesawat. Ia harus bertahan selama 47 hari terombang-ambing di tengah lautan. Ia kemudian ditemukan oleh tentara Jepang dan memulai hidupnya sebagai tahanan perang.
Itu bukan akhir kisah yang bahagia. Kekerasan hidup Louie justru baru dimulai. Selama menjadi tahanan, ia selalu menjadi sasaran Sersan Mutsuhiro Watanabe (Miyavi) yang menjadi kepala kamp tahanan perang Jepang. Watanabe terkenal gemar menyiksa para tahanan.
Di tengah penyiksaan fisik, psikologis, dan di ambang kematian, Louie masih berjuang mempertahankan ideologi dan kecintaannya pada Tanah Air. Ia bahkan bertahan meski disiksa.
Menonjolkan sisi humanisUnbroken merupakan film yang diangkat dari novel kisah nyata Unbroken: A World War II Story of Survival, Resilence, and Redemption karya Lara Hillenbrand. Film ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada mendiang Louis 'Louie' Zamperini yang wafat Juli 2014 lalu.
Jolie sukses menggambarkan beratnya hidup Louie. Tanpa perlu banyak kata yang mendramatisir, ia menghadirkan gambar yang mampu menjelaskan lebih dari sekadar frasa. Jolie berhasil merekam sisi humanis dan yang muncul secara dominan dalam filmnya.
Pesan yang ingin disampaikan pun cukup mengena kepada penonton. Perjuangan yang dilakukan oleh Louie sudah cukup membuat penonton tergugah.
Tetap bertahan dan terus berjuang memang menjadi sebuah kisah yang inspiratif. Namun, dengan penggambaran Louie yang terus disiksa tapi tetap sanggup berdiri lagi, jadi lebih mirip penyiksaan terhadap superman ataupun batman. Louie seakan sekuat superhero. Ia digambarkan terlalu tinggi dan sempurna.
Sudut pandang Unbroken pun lebih mirip film era James Bond, saat negara-negara barat masih bersitegang dengan komunis. Jepang dibuat sangat biadab dan Amerika menjadi sangat tertindas. Padahal, kenyataannya tidak selalu begitu. Sudut pandang
Unbroken murni Hollywood.
Lamanya durasi yang sampai dua jam juga cukup membuat penonton jenuh. Terutama dengan terus menerus melihat Louie mengapung di lautan dan disiksa di kamp tahanan perang. Adegan-adegan yang mengejutkan yang diberikan Jolie memang menghibur, meski beberapa tak masuk akal.
Bagi pencinta film perang, Unbroken jelas tidak sedramatis
Band of Brothers atau
Saving Private Ryan. Pun tak sefenomenal
American Sniper. Namun bagi penyuka drama, bersiaplah melihat rentetan tembakan dan kisah pilu. Hanya saja, itu masih belum cukup untuk membuat air mata berlinang dan emosi teraduk.
Unbroken dinominasikan sebagai Best Cinematography, Best Sound Editing, dan Best Sound Mixing dalam Oscar 2015. Namun, film ini masih belum memberikan energi yang total dalam menggambarkan tujuannya.
(rsa)