Jakarta, CNN Indonesia -- Romantisme bisa dibentuk melalui film. Bahkan tak jarang, orang rela meniru adegan dalam film demi menjadi romantis di dunia nyata. Memang, ada beberapa adegan romantis film yang diingat.
Adegan itu tersebar dari mulut ke mulut, mata ke mata, gambar ke gambar, sampai berpuluh-puluh tahun kemudian. Adegan itu bahkan diingat oleh generasi mereka yang belum menontonnya.
Berikut CNN Indonesia merangkum adegan romantis yang paling diingat dari film-film Indonesia. Mulai film lawas tahun 1977, sampai yang anyar dan menggebrak bioskop tahun 2009.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film yang dibintangi Fedi Nuril, Rianti Cartwright, dan Carissa Putri ini terbilang fenomenal. Sebab, bisa dibilang garapan sutradara Hanung Bramantyo itu menjadi film religi pertama yang membius penonton di bioskop. Susilo Bambang Yudhoyono yang sempat menonton film adaptasi novel Habiburrahman El-Shirazi itu bahkan sampai menangis.
"Semua kru film ini menunjukkan kualitas," katanya yang menonton bersama Ani Yudhoyono, Agus Harimurti, dan Anissa Pohan.
Entah adegan mana yang membuat SBY menangis. Yang jelas, banyak orang dibuat terharu atas akhir film itu. Yakni, saat Fahri yang diperanakn Fedi Nuril, diminta menikahi Maria, seorang Katolik yang diperankan Carissa Putri. Padahal, Fahri sudah memiliki istri, Aisyah yang diperankan Rianti Cartwright. Fahri tak bisa menolak, sebab Maria merupakan seorang baik yang sudah banyak membantunya. Apalagi, saat itu Maria sedang sakit keras.
Fahri pun menuruti permintaan istrinya. Di samping Maria yang tergolek lemah, ia mengucap akad nikah. Tak lama setelah resmi menjadi suami istri, Maria meninggal dengan damai.
Adegan bertemunya Fahri dengan sang istri juga mengharukan. Sebab, ia tak menyangka saat cadar perempuan di hadapannya dibuka, ternyata itu adalah sesosok cantik yang pernah ditemuinya.
Cinta Radit (Vino G. Bastian) dan Jani (Fahrani) teramat membebaskan. Mereka tak perlu rumah megah serta mobil mewah untuk bahagia. Yang penting masing-masing saling ada. "Bahagia itu kita yang ciptain, bukan mereka," kata Radit di awal film garapan sutradara Upi itu.
Radit dan Jani bukan pasangan mainstream yang dipersatukan oleh janji dan norma pernikahan. Mereka hanya dua anak manusia yang saling jatuh cinta dan hidup dalam dunianya sendiri. Mereka tinggal di sebuah gubuk sederhana dan nyaris tak punya uang. Yang penting bagi mereka bersenang-senang dan bahagia bersama.
Keduanya merokok bersama, mengganja, bercinta, mencuri makanan, dan sebagainya. Demi cintanya pada Radit, Jani meninggalkan orang tua dan kehidupannya yang berada. Ia pun menolak dijodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Namun kemudian Radit sadar, kebahagiaan mereka tak berarti tanpa kesejahteraan sang istri.
Radit sampai pernah mengorbankan Jani untuk menebus utang-utangnya. Itu melekat kuat dalam benak penonton. Begitu pula saat Radit terpaksa membohongi Jani, demi kebaikannya. Ia mengaku akan membeli es krim, padahal meninggalkan Jani untuk ditemukan oleh orang-orang ayahnya yang akan membawanya pulang. Masih terbayang betapa Jani meronta dan meneriakkan nama Radit.
Setelah itu, kondisi Jani ternyata tak lebih baik. Film diakhiri dengan ia yang dinikahi pemuda pilihan orang tuanya, dan mereka membesarkan seorang putri. Meski begitu, Jani masih terus mengingat Radit. Bayangan Jani terduduk lemas sambil melamun di ayunan, dipersembahkan dengan brilian pada penonton.
"Pecahkan saja gelasnya, biar ramai. Biar mengaduh sampai gaduh."
Masih terngiang bagaimana suara Dian Sastrowardoyo sebagai Cinta, melantunkan puisi Rangga diiringi alunan gitar yang dipetiknya sendiri. Secuplik adegan dari film Ada Apa dengan Cinta? itu masih diingat hingga kini, 13 tahun kemudian. Cinta dan Rangga diagung-agungkan sebagai pasangan ideal nan romantis. Puisi Rangga, yang diperankan Nicholas Saputra pun sampai dihafal di luar kepala.
Ada Apa dengan Cinta terhitung film romantis yang fenomenal. Garapan Rudy Soedjarwo itu menandai tonggak kehidupan baru bagi perfilman Indonesia. Kisah dua pelajar SMA yang malu-malu mau itu sangat membumi, mewakili remaja sepanjang masa. Itu sebabnya Ada Apa dengan Cinta? masih terus dirindukan, lintas generasi.
Selain adegan Cinta menyanyikan puisi, 'kencan pertama' siswi populer itu dengan Rangga di pasar buku bekas Kwitang juga cukup dikenang. Saat itu, Cinta 'ngambek' dan meninggalkan Rangga. Namun seorang pemilik toko buku bekas yang diperankan Gito Rollies mengatakan, "Jika dia berbalik, artinya minta dikejar." Tak butuh waktu lama Rangga menunggu, Cinta menoleh. Nasihat itu pun dikenang sampai sekarang.
Pertemuan pertama pasangan legendaris Galih dan Ratna dalam film Gita Cinta dari SMA tidak akan pernah terlupakan. Sikap cuek Galih yang diperankan Rano Karno di sekolah, ternyata membuat Ratna penasaran. Saat perjalanan pulang, sementara lelaki lain berebut perhatian dengan mencoba mengantar sang primadona yang diperankan Jessy Gusman itu, Galih justru cuek.
Ratna yang justru mencari perhatian Galih. Ia bahkan nekad membersihkan wajah Galih yang belepotan minyak sehabis membereskan rantai sepeda yang putus. Ratna juga minta dibonceng dengan sepeda, padahal yang lain menawarinya naik motor dan mobil. Namun yang membuat Ratna makin penasaran, Galih justru menolaknya.
"Jangan, nanti kau turun gengsi," katanya.
Uniknya, itulah yang membuat Ratna jatuh hati. Ia malu-malu mencari alasan agar terus bisa berbincang dengan Galih. Keduanya memang menjadi dekat, lantaran sama-sama siswa berprestasi di sekolah. Sayang, pada akhirnya mereka tak bisa bersatu karena Ratna sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan pemuda kaya. Hubungannya dengan Galih tak direstui.
Bahasa baku nan puitis mewarnai film garapan sutradara Arizal itu. Apalagi Galih dikisahkan lihai memetik gitar, menyanyi, dan berpuisi.
Hingga kini, gambar Christine Hakim yang berboncengan motor dengan Roy Marten dari film Badai Pasti Berlalu tahun 1977 amat melekat dalam benak penggemar film. Dalam film garapan Teguh Karya itu, Christine memerankan Siska, perempuan yang patah hati karena tunangannya mendadak membatalkan pernikahan untuk menikah dengan gadis lain. Ia lalu dekat dengan Leo, sahabat kakaknya, yang diperankan Roy Marten.
Saat keduanya berboncengan, Leo mengerem mendadak karena ada kendaraan yang tiba-tiba melintas. Saat itulah, Siska meletakkan tangan kanannya melingkari pinggang Leo. Lelaki yang awalnya hanya menjadikan Siska sebagai ajang taruhan pun menggenggam tangan itu sembari tersenyum, menampakkan rona wajah bahagia.
Adegan romantis lain yang juga sangat diingat dari Badai Pasti Berlalu adalah saat Leo dan Siska berciuman di bawah pohon. Setelah itu, ditampakkan Siska tersenyum bahagia sembari berlarian dengan latar pepohonan rimbun. Wajah bahagia Christine hakim itu lantas menjadi poster utama film Badai Pasti Berlalu.
Saking melekatnya adegan itu di benak penonton, tahun 2014 ada pembuatan ulang adegan dalam poster. Bukan untuk remake film Badai Pasti Berlalu yang digarap Teddy Soeriaatmadja tahun 2007. Melainkan, poster Apresiasi Film Indonesia (AFI) yang digelar sebagai penghargaan insan perfilman. Dalam poster AFI itu, aktris Happy Salma yang menirukan pose Christine seperti dalam film 37 tahun lalu.