Jakarta, CNN Indonesia -- Frankfurt Book Fair, meskipun merupakan ajang pameran buku terbesar di dunia, dari sudut jumlah perusahaan penerbit yang mewakili serta jumlah pengunjungnya, pameran ini juga merupakan pameran budaya.
Kesempatan langka sebagai tamu kehormatan di pameran akbar itu dimiliki Indonesia pada 13-18 Oktober mendatang. Namun acara ini bukan sekadar pameran buku, tapi juga sebuah ajang untuk pameran peradaban.
President of Frankfurt Book Fair Juergen Boos mengatakan, sebagai tamu kehormatan di pameran buku tersebut, dia berharap agar Indonesia dapat menunjukkan identitas dirinya. “Kami ingin Indonesia menunjukkan identitas mereka yang dimanifestasikan dalam musik, tarian, literatur, atau pameran seni lainnya,” kata Juergen dalam Konfrensi Pers di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Selasa (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sasaran kami adalah membawa budaya Indonesia dalam peta literatur,” tukasnya menjelaskan. Rakyat Jerman serta para pengunjung dari negara lain di pameran tersebut sangat sangat penasaran dengan apa yang akan ditampilkan dari peradaban Indonesia, lanjut Juergen.
“Apa yang kita harapkan dari Indonesia adalah keterbukaan, 120 negara akan mengikuti ajang ini, kami ingin melihat apa yang berbeda dari Indonesia, apa yang terjadi di Indonesia saat ini, apa yang akan terjadi di Indonesia di masa depan.” Ini bukan sekedar ajang menampilkan budaya tapi juga untuk saling bertukar budaya, katanya.
Menurut Mohamad Goenawan sebagai ketua panitia, Indonesia harus punya usaha ekstra agar dapat dikenal di dunia. “Usaha ekstra ini juga berkaitan dengan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia pada tahun ini,” kata Goenawan.
Pertunjukan kebudayaan Indonesia tidak hanya ditampilkan pada puncak acara Oktober mendatang. Sejak Maret banyak festival di Jerman yang akan diikuti oleh Indonesia.
“Agustus nanti ada festival di tepi Sungai Main, itu adalah festival terbesar di Eropa, tiga juta orang akan hadir di sana. Ruangan sebesar 800 meter sudah ada untuk Indonesia yang akan kita isi,” ucap sastrawan kenamaan Indonesia itu.
Selain itu, selaku ketua panitia Goenawan berkata jika mereka merencanakan sejumlah kegiatan lain. Seperti pameran naskah kuno, arsitektur, fotografi, festival film, pertunjukan seni tradisi dan kontemporer, serta acara seminar tentang perkembangan peradaban Indonesia.
“Kami juga akan memamerkan karya instalasi bambu dari Joko Dwi Avianto, fotografi oleh Oscar Matuloh, tarian oleh Eko Supriyanto, serta karya mural,” ucap Goenawan.
Saking pentingnya Pameran Buku Frankfurt ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengalirkan anggaran besar untuk acara ini. “Anggaran sebesar 10 juta Euro dari Diknas,” kata Ainun Na'im Sekjen Kemendikbud.
Jumlah anggaran tersebut atau dikonversikan ke dalam rupiah adalah sekitar Rp 146 miliar. Selain pemerintah, banyak pula pihak swasta yang turut membantu. “Ada yang menarik pada Festival Buku Frankfurt 2014. Biasanya penerbit kita yang membeli copyright, tapi kemarin sudah mulai dibeli oleh penerbit internasional,” kata Ainun.
(win/vga)