American Sniper, Pahlawan Paling Mematikan Sepanjang Sejarah

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Feb 2015 13:20 WIB
Kyle (Bradley Cooper) bahkan dijuluki sebagai penembak jitu paling mematikan yang dimiliki Amerika. Setidaknya, 160 orang terbunuh olehnya.
Bradley Cooper didapuk memerankan Kyle dalam American Sniper. (REUTERS/Lucas Jackson)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Apa pun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan senapanmu.”

Pesan sang ayah saat mengajak berburu di usia 8 tahun itu terngiang-ngiang di telinga Chris Kyle. Saat itu, Kyle terlalu antusias melihat hasil bidikannya, sampai meninggalkan senapan di rerumputan. Itu merupakan senapan pertama yang dibelikan sang ayah untuknya, di usia amat belia.

Kala Kyle tumbuh dewasa, senapan itu terlupakan. Ia justru berkarier di arena rodeo. Sampai suatu saat, ia melihat pamflet pendaftaran anggota militer di jalanan. Setengah hati Kyle mencoba peruntungan. Ia bisa menembak, nasionalis, dan fisiknya kuat. Apa salahnya mendaftar jadi prajurit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ternyata jalan hidup Kyle memang berperang. Setelah latihan berat, ia menjadi prajurit Angkatan Laut Amerika. Kekhususannya: penembak jitu.

Berbekal pesan sang ayah, Kyle tak pernah meninggalkan senapannya. Perang demi perang ia lalui. Terhitung, empat kali Kyle membela Amerika dalam Perang Irak. Posisinya tetap sama: selalu di puncak gedung tempat ia leluasa mengintai musuh dan menembak mereka demi melindungi prajurit lainnya.

Kyle bahkan dijuluki sebagai penembak jitu paling mematikan yang dimiliki Amerika. Banyak prajurit selamat berkat ketepatan sasarannya. Setidaknya, 160 orang terbunuh olehnya.

Namun hidup Kyle tak sesempurna kelihatannya. Empat kloter Perang Irak cukup untuk mengganggu psikologisnya. Di masa ketiganya, Kyle mulai bimbang. Ada yang salah pada dirinya. Terkadang ia terlalu waspada, cepat emosi, dan menganggap desingan kecil sebagai ancaman keselamatan nyawa.

Perang membuat hidup Kyle berantakan. Istrinya, Taya tak berhenti khawatir. Ia seperti kehilangan sosok suami. Anak-anaknya jarang mengenal sosok ayah. Kyle pun harus memilih.

Apalagi, ia telah cukup menyaksikan banyak ironi dalam perang. Perempuan terlibat dalam perlawanan. Anak-anak akrab dengan granat. Semua itu mulai membuat Kyle gelisah sekaligus muak.

Dipuji tapi menuai kontroversi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER