Jakarta, CNN Indonesia -- Di latarbelakangi oleh perang saudara dan kekacauan yang ISIS ciptakan di Suriah, tidak mengherankan kalau film-film yang dibuat oleh para sineas di sana mendapatkan tempat yang cukup istimewa di festival film Turki.
Salah satu judul film produksi sineas Suriah,
Silvered Water Syria Self-Potrait, yang telah tayang pada festival film Cannes tahun lalu, merupakan video-video di situs Youtube yang dikumpulkan oleh sineas Suriah yang diasingkan, Ossama Mohammed.
Film tersebut menunjukkan suasana perang saudara, di mana banyak kerusakan dan darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan
Silvered Water, film dokumenter yang berjudul
Our Terrible Country, yang sama-sama diproduksi di Suriah dan telah tayang di festival film di Istanbul, hanya memiliki satu adegan kekerasan.
Adegan kekerasan tersebut adalah saat terjadinya baku tembak antara pemberontak dan pasukan presiden Suriah, Bashar al-Assad.
"Tidak ada darah dan penyiksaan yang dibuat-buat," kata Ziad Homsi, pemberontak sekaligus sineas yang membuat film tersebut bersama rekannya, Mohammad Ali Atassi, ketika diwawancara oleh
Reuters di Taksim Square, Istanbul pada Kamis (5/3).
"Sebagai warga Suriah, kami sudah cukup direndahkan. Lihat saja sisa kehancuran itu. Anda pasti akan bertanya bagaimana keadaan mereka yang pernah tinggal di sana?".
Dengan film tersebut, Homsi bermaksud untuk menjawab pertanyaan apa yang terjadi dengan negaranya.
Di dalam filmnya, Homsi melontarkan pertanyaan, "Apakah ini semua terjadi karena kita?". Pertanyaan tersbeut dilontarkan Homsi dengan maksud menyindir ISIS dan pemberontak.
Diproduksi pada tahun 2013, film ini bercerita mengenai pencarian jati diri yang dilakukan oleh Homsi dan rekannya, Yassin al-Haj Saleh, seorang pemberontak dan penulis asal Suriah, saat melakukan perjalanan 19 hari ke Raqqa, kampung halaman Saleh.
Mereka melakukan perjalanan dalam cuaca yang panas dan perasaan takut jika suatu saat diculik oleh ISIS.
"Suriah tidak akan berkembang di tangan orang-orang ini. Mereka malah menghancurkan Suriah, sama seperti rezim," kata Homsi dalam filmnya.
Di antara pembicaraan mengenai film, kepada
Reuters mereka juga menyatakan kerinduannya akan keluarga mereka yang masih terjebak di Suriah. Mereka juga membicarakan mengenai nasib negaranya.
"Meski menjadi tempat penjagalan, bagaimana pun juga Suriah adalah negara kami. Kami tidak tahu negara mana lagi yang bisa baik kepada kami selain negara kami yang sedang hancur itu," kata Saleh.
(ard/ard)