Kecanggihan Digital Takkan Gantikan Eksotisme Museum

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2015 12:26 WIB
Beberapa museum sudah membuat koleksinya bisa dinikmati secara digital. Tapi takkan ada yang bisa menggantikan sentuhan pada objeknya langsung.
Mengunjungi dan menyentuh langsung benda di museum lebih mengasyikkan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di telinga anak zaman sekarang, jalan-jalan ke Disneyland terdengar lebih merdu ketimbang wisata ke museum. Museum identik dengan gedung tua, koleksi lawas, dan sarang laba-laba. Ditambah pencahayaan temaram, kesannya suram.

Banyak museum yang kemudian mencoba menyesuaikan diri dengan modernitas. Pencahayaan diatur sedemikian hingga artistik. Barang-barang dirawat sampai nyaris mengilap. Yang terbaru, semua dibikin serba digital.

Menurut Katy Barrett, kurator seni pra-1800 di Royal Museums Greenwich, itu memang harus dilakukan oleh museum agar bisa tetap relevan dengan zaman. Sudah banyak museum besar yang mentransformasi koleksinya menjadi gambar berkualitas tinggi dengan kedalaman informasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"The British Museum di London dan Rijksmuseum di Amsterdam adalah contohnya," kata Barrett seperti dilansir Cam.ac.uk. "Mereka mempersilakan pengunjung mengakses informasi dari luar museum, dan membiarkan periset menggunakan koleksi mereja lebih efektif."

Mark Elliott, kurator senior Museum of Anthropology and Archaeology di Cambridge setuju akan hal itu. Dengan digital, sebuah benda koleksi museum bisa "berjalan-jalan" lebih jauh dari yang ia mampu. Ia bisa berada di banyak tempat dalam waktu bersamaan.

Namun, ada yang tidak bisa diubah dari sebuah artefak, bahkan oleh modernitas zaman dan kecanggihan teknologi. "Melihat hanya gambar semata, bagaimana pun, tidak bisa menggantikan objek yang sungguhan," Barrett menuturkan.

"Tidak ada yang bisa menggantikan antusiasme orang-orang yang takjub pada keelokan benda-benda saat keliling museum," ujarnya lagi.

Elliott menambahkan, orang-orang akan kehilangan sesuatu saat terkoneksi langsung dengan sebuah benda, daripada hanya melihat gambar. "Anda tidak bisa berjalan mengelilinginya, menyentuhnya, melihat bagaimana cahaya mempermainkan setiap sudutnya," ujar Elliott. Susah juga untuk mengukur skala benda jika tak di ruangan.

"Bagaimana pun, ruangan dengan orang di dalamnya adalah lebih penting. Dan, efek komunal dari orang-orang yang berkerumun di sebuah objek tertentu itu juga penting," katanya.

(rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER