Upacara Berdarah di Balik Patung Raksasa Museum Nasional

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2015 18:32 WIB
Patung Bhairawa yang menjadi salah satu daya pikat museum nasional, ditemukan tahun 1935 dan dipindahkan ke Jakarta tahun 1937.
Arca Bhairawa di Museum Nasional. (Gunawan Kartapranata/Wikipedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 1930-an, sehari-harinya penduduk Padang Roco, Sumatera Barat mengasah alat-alat pertaniannya pada sebuah batu yang menonjol dari dalam tanah. Batu yang lain lagi mereka lubangi untuk menumbuk padi. Bertahun-tahun setelahnya, baru diketahui bahwa batu-batu itu merupakan bagian dari arca bersejarah.

Petani Padang Roco yang akhirnya menemukan arca itu. Semakin lama ia kian mencuat di tepian Sungai Langsat. Bentuknya seperti petinggi kerajaan, lengkap dengan mahkota, kalung, kelat bahu, dan gelang tangan. Ukurannya bak raksasa. Posisinya membawa mangkuk di kiri dan dan belati di kanan.

"Dia sepertinya tumbang, posisinya menyongsong hilir. Seperti menghadang musuh dari hilir yang hendak masuk ke hulu," kata Agus Aris Munandar, ahli sejarah kuno dan profesor arkeologi dari Universitas Indonesia saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (24/4) sore.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG), perkumpulan ilmiah orang-orang Belanda di Indonesia yang digagas tahun 1700-an langsung mendatanginya. Arca itu pun diangkat, dan sempat dibawa ke Kebun Margasatwa Bukittinggi. Baru sekitar tahun 1937 ia dipindahkan ke kapal ke Batavia.

Saat ditemukan, kondisi arca itu terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian alas, dan satu lagi bagian tubuh. Dari situ Agus menyimpulkan, arca itu bukan monolitikum. Setelah disatukan, tinggi arca itu mencapai 4,41 meter dan beratnya sekitar empat ton.

"Saya kurang tahu persis bagaimana, yang jelas saat itu Belanda sudah punya teknologi untuk mengangkat arca dan membawanya ke Batavia," ucap Agus. Arca pun dipajang di Museum Nasional hingga kini. "Dari situsnya dibawa ke sana, karena dianggap lebih aman," ujar Agus.

Sesampainya di museum, alas arca dipasang terlebih dahulu. Ada metode penyambungan khusus, hingga kemudian bagian tubuh arca siap disatukan dengan alasnya. Kini, arca bernama Bhairawa itu pun berdiri tegak di salah satu ruang utama Museum Nasional, dan menjadi salah satu daya tarik pengunjung untuk berfoto.

"Sampai sekarang masih terlihat bagian alasnya retak. Dekat tulang keringnya, juga ada bagian yang terkelupas dan sangat halus. Itu lah tempat penduduk dulu mengasah parang," kata Agus. Ada pula cekungan untuk menumbuk padi.

Ia menuturkan, tidak ada sejarah yang menarik dari penemuan arca Bhairawa selain tafsirannya. "Yang dipercaya sampai sekarang adalah tafsiran dari seorang sejarawan Belanda. Disebutkan, arca Bhairawa merupakan perwujudan Adityawarman, yang kebetulan menganut agama Budha aliran Tantrayana.

"Itu masih kemungkinan ya, tidak ada prasasti yang membuktikan. Hanya karena menurut Negara Kertagama, ada Kerajaan Malayu di sana," tutur Agus lagi, menjelaskan. Jika benar, artinya arca Bhairawa dibuat pada abad ke-14.

Yudhi Soerjoatmodjo, kurator dan produser independen menambahkan, ada cerita yang cukup "mengerikan" tentang mangkuk yang dibawa arca itu. Katanya, itu berhubungan dengan salah satu upacara untuk Budha Tantrayana. Upacara dilakukan untuk mencapai titik tertinggi.

"Ada empat hal: makan sepuasnya, minum darah sepuasnya, menari sepuasnya, dan bersetubuh sepuasnya," ucap Yudhi menyebutkan, saat dihubungi CNN Indonesia pada Jumat (24/4). Mangkuk yang dipegang Bhairawa, biasanya digunakan sebagai tempat untuk minum darah.

Upacara semacam itu biasanya dilakukan di tanah lapang yang terbuka. Delapan tengkorak yang ada di bawah kaki Bhairawa, menunjukkan bahwa ia telah mengorbankan banyak manusia.

Yudhi melanjutkan, Adityawarman sejatinya adalah panglima Kerajaan Majapahit. Ia diutus untuk ekspedisi ke Pagaruyung, Sumatera tahun 1347. Di sana, Adityawarman dijadikan raja. Wujudnya pun diabadikan menjadi patung raksasa yang kini bertengger di Museum Nasional.

Hari ini, Jumat (24/4) Museum Nasional berulang tahun ke-237. Sedang arca Bhairawa, sudah 78 tahun berdiri memikat para pengunjung museum itu.

(rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER