Jakarta, CNN Indonesia -- Perjuangan kesetaraan hak tidak melulu berjalan mulus, apalagi bagi kaum buruh.
Sejak buruh di Amerika Serikat menuntut pengurangan jam kerja--dari 12 jam menjadi delapan jam kerja--pada tahun 1806, mereka baru merasakan hasilnya pada 1 Mei 1886, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Buruh.
Hingga saat ini kaum buruh masih terus memperjuangkan apa yang mereka inginkan, terutama kesejahteraan dan keselamatan bekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap tahunnya pada tanggal 1 Mei, semua buruh turun di jalan-jalan dunia untuk merayakan hasil perjuangan tahun 1886 sekaligus menyuarakan hak-hak mereka.
Di Indonesia, para buruh pun turun ke jalan pada tahun ini. Jatuh pada hari Jumat (1/5), para buruh se-Indonesia akan melakukan aksi
long-march di sekitar Istana Negara hingga Gelora Bung Karno.
Tentu saja berbagai lapisan masyarakat di Indonesia mengapresiasi hal tersebut, tidak terkecuali para musisi.
Band indie asal Jakarta yang beraliran 60's Britrock, Innocenti, termasuk yang aktif berkontribusi terhadap pergerakan buruh di Indonesia sejak tahun 2010.
Tidak hanya ikut
long-march setiap tahunnya, band yang terbentuk sejak tahun 2003 ini juga membuat karya demi menyemangati perjuangan buruh.
Tahun ini sebagai bentuk apresiasi, Innocenti bersama band asal Jakarta yang beraliran punk-hardcore, Ten Holes, merilis kumpulan
single dalam format CD yg akan dibagikan gratis tepat pada perayaan hari buruh.
Melalui label rekaman Warrior Records, kompilasi tersebut dirilis dengan nama
Class Action of Mayday 2015.
Kompilasi
Class Action berisi dua lagu, yaitu
Humaniora dari Innocenti dan
Bergerak dari Tenholes.
Dihubungi oleh CNN Indonesia pada Kamis (30/4) malam, gitaris dan vokalis band Innocenti, Trisno Agung, mengatakan kalau kompilasi Class Action hanya akan dicetak sebanyak 100 keping.
"Secara garis besar, kedua lagu tersebut menggambarkan semangat perjuangan buruh, bahwa setiap hari mereka harus memperjuangkan hak-haknya, bukan hanya saat Hari Buruh," kata Agung menjelaskan tema kompilasinya.
Walau memiliki karier sebagai musisi, namun Agung dan teman-temannya merasa senasib dengan kaum buruh. Dikatakan Agung, setiap hari mereka dan kaum buruh sama-sama bekerja keras untuk menaikkan taraf hidup.
"Jadi apa bedanya kami dengan mereka, kan? Tapi mungkin cara apresiasi hari buruh versi kami berbeda, dengan membuat karya," ujar Agung.
 Bentuk dukungan band Innocenti untuk buruh. (Dok. Istimewa) |
Menurut Agung, kesejahteraan buruh memang masih harus ditingkatkan, karena zaman pasti berubah sehingga kebutuhan hidup pun pasti berubah.
"Selain memberikan hari libur setiap 1 Mei, pemerintah masih harus memperhatikan standar upah dan keselamatan bekerja mereka. Karena tidak gampang lho hidup jadi seorang buruh. Tuntutan pekerjaan mereka juga banyak," kata Agung.
Agung dan teman-temannya akan turun ke jalan mulai dari jam 09.00 pagi hingga acara perayaan Hari Buruh di Jakarta hari ini usai.
Selama aksinya, selain membagikan CD, mereka juga akan memamerkan poster-poster berisi kata-kata penyemangat untuk buruh Indonesia.
"Kami tahu masih banyak yang meragukan aksi kami, mungkin karena kami masih muda dan bukan bekerja di pabrik. Tapi kami tetap buktikan bahwa kami turun langsung bersama buruh, tidak hanya sibuk memprotes pemerintah melalui sosial media," ujar Agung sambil tersenyum.
Berisi semangat berapi-api, bukan berarti kompilasinya ditujukkan sebagai provokasi negatif. Agung ingin gerakan buruh tetap berlangsung aman dan damai, karena menurutnya aksi yang cerdas lebih berhasil ketimbang aksi yang barbar.
"Semoga dengan karya kami membuat lebih banyak lapisan masyarakat peduli dengan nasib kaum buruh, minimal para buruhnya terhibur dan memutar lagu kami sebagai penyemangat mereka bekerja setiap harinya," kata Agung menutup pembicaraan.
(ard/rsa)