Jakarta, CNN Indonesia -- "Jari-jariii!" Bagaimana kita bisa melupakan gaya kocak Ferrasta Soebardi alias Pepeng kala memandu acara interaktif
Kuis Jari-jari yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta, pada 1992.
Saban terdengar dering telepon (dari peserta kuis) menyalak, matanya membelalak kocak dan jarinya menari-nari, sembari mulutnya menyerukan yel yang kemudian menjadi nama aliasnya.
Belasan tahun sebelum
Kuis Jari-jari meledak, pada 1978, ia sudah melucu bersama kawan-kawannya, Sys NS, Krisna dan Nana Krip yang tergabung di kelompok komedi Sersan Prambors.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari corong radio, kelucuannya melebar hingga ke ranah sinema. Sedikitnya Pepeng pernah membintangi tiga film,
Rojali dan Juleha (1979),
Sama-Sama Enak (1986), dan
Anunya Kamu (1986).
Saat namanya mulai berkibar sebagai komedian, Sersan Prambors malah bubar pada 1987. Lalu, ia bekerja kantoran di Bank Pinaesaan (1988), kemudian Bakrie Brothers (1989).
Tak sekadar melawak dan menjalankan bisnis multimedia Jari-jari Communication, komedian kelahiran Sumenep, Madura, 23 September 1954, ini juga bersiaran di YESS FM 88 Sumurugul.
Pada Juli 2005, ia didiagnosis menderita multiple sclerosis, penyakit yang menyerang saraf otak. Perlahan anggota tubuhnya melumpuh, sehingga gerak langkahnya terbatas.
Tapi bukan Pepeng "Jari-jari" namanya kalau patah arang. Sekalipun tergolek di tempat tidur atau kursi roda, ia tetap aktif membikin karya dan menuntut ilmu.
Ia berhasil menyelesaikan studi S2 bidang psikologi di Universitas Indonesia. Yang membanggakan, nilainya sangat memuaskan. Ia berseloroh, bila sehat, belum tentu bisa master.
Pepeng juga menggarap buku motivasi
Di Balik Jari-Jari, dan memandu acara
Ketemu Pepeng di sebuah stasiun televisi swasta di mana narasumber yang hadir berbagi pengalaman inspiratif.
"Saya dulu dikenal sebagai pembuat keramaian. Doa saya ketika pertama sakit adalah jangan sampai saya kesepian karena perilaku saya," kata Pepeng sebagaimana dikutip sebuah laman berita.
Di keseharian, berbagai kalangan tak henti membesuk Pepeng di kamar tidur yang disebutnya "gua." Sekalipun sakit, ia tak pernah menolak tamu, terutama penggemar.
Dasar lucu, sedang sakit pun Pepeng tetap melucu. Sineas Charles Gozali, sutradara film
Finding Srimulat dan
Nada untuk Asa, menceritakan pengalamannya membesuk Pepeng.
"Dia bilang, 'Saya bukan
superhero, saya juga sering menengadah dan bertanya pada Tuhan:
why me? Tapi Tuhan kemudian melihat ke bawah dan menjawab:
why not?' Itu
quote yang unik," kata Charles.
Salah satu penerima anugerah Kick Andy Heroes ini berkilah dirinya bukan penasihat spiritual. Ia hanya berusaha menjadi dirinya sendiri.
Dalam sebuah kesempatan tanya jawab dengan penggemarnya yang dimuat di laman Djarum Beasiswa Plus, Pepeng menjabarkan soal filosofi yang terkandung di bukunya,
Di Balik Jari-Jari."Filosofinya adalah membuka semua yang tersembunyi atau tidak/belum diketahui orang lain," kata Pepeng seraya mengibaratkan kesepuluh jemarinya.
"Seandainya saya menutupkan kesepuluh jari-jari saya ke muka saya maka cenderung sulit dikenali siapa yang ada di balik jari-jari tersebut. Ketika saya lepaskan sepuluh jari-jari saya, orang akan segera tahu siapa yang ada di balik jari-jari tersebut."
Di kesempatan tanya jawab itu juga Pepeng sekilas mengulik masa kecilnya sebagai anak kedua dari lima bersaudara. Sepeninggal sang ayah, ibunya membesarkan anak-anaknya seorang diri.
"Kami hidup dengan perjuangan yang mengesankan," kata Pepeng yang bersama kakak sulungnya berjualan kue dan kacang untuk biaya hidup.
"Semua pengalaman kecil kami ternyata begitu dalam membekas sebagai pelajaran yang sangat penting." Pelajaran hidup semasa kanak-kanak, diakui Pepeng, jadi pelecut semangatnya hingga lanjut usia.
"In sya Allah pelajaran itulah yang membuat kami pantang menyerah. Membuat saya selalu bangkit di saat sakit seperti sekarang sekalipun."
(vga/vga)