Jakarta, CNN Indonesia -- Film
Ada Apa Dengan Cinta (AADC) mungkin hanyalah kisah romansa sepasang murid SMA. Namun kisah mereka berdua akhirnya dikenang sebagai kisah Romeo dan Juliet versi Indonesia.
AADC merupakan salah satu film terlaris dalam sejarah perfilman Indonesia dan dianggap sebagai penanda bangkitnya dunia perfilman Indonesia.
"Saya tidak menyangka
AADC bisa sesukses itu. Para pembuat film memang tidak pernah bisa menyangka akan sesukses apa film mereka nantinya," kata Mira ketika ditemui dalam acara diskusi perlindungan hak kekayaan intelektual di kawasan Kuningan, Jakarta, pada Rabu (6/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya membuat 2,7 juta orang berbondong-bondong datang ke bioskop,
AADC juga membuat standar baru film Indonesia dan mengubah tren anak muda di era awal 2000-an.
Mira mengatakan, ide film
AADC sukses ia garap bersama Riri Riza, Jujur Pranonto, Prima Rusdi, Rako Prijanto dan Rudy Soedjarwo.
Rayuan lisensiMira mengaku banyak mendapat berbagai tawaran untuk membuat kelanjutan dari kisah Cinta dan Rangga. Mulai dari pembuatan film sekuel hingga tawaran untuk membeli lisensi
AADC untuk dijadikan berbagai karya.
Mira sangat selektif menanggapi tawaran-tawaran tersebut. Ia tidak ingin
AADC jadi salah kaprah akibat penyelewengan hak cipta.
Pada akhirnya beberapa tawaran beli lisensi AADC berhasil menggoda Mira. Tercatat, roh
AADC hadir sudah dalam beberapa bentuk. Mulai dari buku skenario, serial televisi sebanyak 200 episode, novel adaptasi dalam bahasa Jepang serta iklan sebuah jejaring sosial baru-baru ini.
"Yang jelas semua itu hasilnya sangat lumayan," kata Mira sembari tertawa malu.
Meskipun
AADC sudah banyak mendulang pundi-pundi uang, rupanya masih ada ganjalan dalam hati Mira mengenai
soundtrack-nya disusun duet musisi Anto Hoed dan Melly Goeslaw.
Mira menceritakan proses terjadinya album soundtrack yang belum memiliki tandingannya di Indonesia tersebut.
Mira banyak berdiskusi dengan Anto dan Melly terkait dengan pengisian
soundtrack film. Mira memiliki keinginan untuk membuat album yang utuh, artinya seluruh lagu yang digunakan dalam
AADC mengambil dari album tersebut.
Skenario pun dibaca oleh Anto dan Melly, yang akhirnya mencipta 11 lagu laris di pasaran, seperti
Ada Apa Dengan Cinta?, Ku Bahagia, Tentang Seseorang, Denting, dan
Ku Bahagia.Namun Mira malah menyerahkan hak cipta album tersebut kepada label rekaman yang menaungi Anto dan Melly, Aquarius Musikindo.
"Itu keputusan yang saya sesali. Demi ratusan juta untuk biaya produksi, hak cipta lagu itu dilepas begitu saja," kata Mira.
"Namun saya rasa Anto dan Melly adalah seniman sejati dan itu semua sudah beres. Hak eksploitasi lagu ada di Aquarius, dan untuk film ada di saya," lanjutnya.
Mira juga dihantui penyesalan mengapa tidak "mengeksploitasi"
AADC melalui
merchandise.
"Saya yakin jika saat itu juga saya buat
merchandise AADC, pasti akan laris. Sampai sekarang masih banyak yang
nanya. Tapi saya bingung ingin beri lisensi atau produksi sendiri," katanya.
 Poster film Ada Apa Dengan Cinta.(Dok. Miles) |
Mencoba peruntunganSetelah
AADC, Mira mencoba peruntungan dengan memproduksi film aksi,
Pendekar Tongkat Emas (PTE). Dengan berbekal pengalaman dari
AADC, Mira sempat berekspektasi lebih dengan kesuksesan film ini.
Namun sayang, pasar tidak menempatkan
PTE sesukses
AADC dan Mira tampaknya sudah ikhlas akan hal tersebut. Ia kini lebih memfokuskan mendorong peruntungan
PTE dalam bentuk
games, marchandise, komik, dan buku.
Saat ini, Mira bersiap memproduksi
AADC 2 yang merupakan sekuel dari kisah Cinta dan Rangga. Dalam bocorannya, Mira mengisyaratkan akan kembali menggandeng para pemain lama.
Apakah kali ini Mira akan mendulang kesuksesan
AADC kembali? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
[Gambas:Youtube] (ard/ard)