Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini (8/5) 22 tahun lalu, jenazah Marsinah ditemukan. Buruh sebuah perusahaan jam tangan di Sidoarjo, Jawa Timur itu hilang setelah mengepalai aksi unjuk rasa antara buruh PT. Catur Putra Surya dengan manajemen pabrik. Manajemen melibatkan polisi dan militer.
Marsinah dianggap terlalu frontal. Ia disebut-sebut sebagai penggerak massa. Karena itu Marsinah kemudian ditangkap dan dibunuh. Hingga kini, pembunuhnya tak juga ditangkap maupun diadili. Yang ada hanya misteri.
Perjuangan Marsinah selalu diingat setiap kali buruh memperjuangkan haknya pada 1 Mei. Namun Marsinah juga abadi dalam dunia seni. Ia dijadikan film tahun 2002. Judulnya
Marsinah: Cry Justice. Kisahnya diambil persis seperti kenyataan yang terjadi. Hanya saja selama di penjara, tentu ada banyak spekulasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mergarita, seorang mahasiswa Institut Kesenian jakarta (IKJ) yang didapuk memerankan Marsinah. Film itu diputar perdana pada 3 April 2002 di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta. Namun selayaknya film perjuangan yang menyinggung pemerintahan lainnya,
Marsinah: Cry Justice kontroversial.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi kala itu, Jacob Nuwa Wea meminta pemutarannya ditunda. Mantan Kepala Seksi (Kasi) Intel Kodim 0816/Sidoarjo, Kapten (Inf) Sugeng juga mengeluarkan somasi karena film garapan Slamet Rahardjo Djarot itu mencemarkan nama baik.
Marsinah: Cry Justice memang terkesan sangat detail. Kronologisnya begitu lengkap. Film itu bahkan menyebutkan tanggal dan tempat kejadian. Film berdurasi dua jam itu ditulis oleh Agung Bawantara, Eros Djarot, Karsono Hadi, dan Slamet Rahardjo. Djaduk Ferianto didapuk menjadi penata musiknya.
Meski kontroversial,
Marsinah: Cry Justice mendapat banyak nominasi dalam Festival Film Indonesia tahun 2004. Kategori yang menerimanya adalah Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Aktris Pendukung Terbaik, Skenario Terbaik, Sinematografi Terbaik, dan Penata Artistik Terbaik.
Namun hanya satu kategori yang keluar sebagai pemenang, yakni Penata Artistik Terbaik.
Selain dalam film, Marsinah juga mengilhami Ratna Sarumpaet bermonolog tahun 1997. Tak ayal, Ratna harus masuk penjara Orde Baru tahun 1998. Namun sajak yang dibacakannya penuh penghayatan, tentang betapa berkuasanya kekuatan, mencuri banyak perhatian dunia.
Marsinah Menggugat, demikian judul monolognya, bahkan diterbitkan oleh sebuah majalah sastra terkemuka di Amerika Serikat, tahun 2000. Sebagian baitnya mengisi buku sastra edisi musim panas di sana. Kasus Marsinah pun mendunia. Ia diterjemahkan ke berbagai bahasa.
(rsa/rsa)