Lusa, 'The Fox' Bertarung di Festival Film Cannes

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Senin, 11 Mei 2015 19:30 WIB
Dua hari lagi, film Indonesia berjudul The Fox Exploits The Tiger's Might siap berlaga diFestival Film Cannes di Perancis.
Sineas, produser dan pemain film pendek The Fox Exploits The Tigers Might. (CNNIndonesia/Vega Probo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perhelatan Festival Film Cannes di Perancis, yang merupakan selebrasi seni sinematografi, siap diadakan dalam waktu dekat, pada 13-24 Mei 2015.

Berbeda dengan perhelatan tahun-tahun sebelumnya—setidaknya dalam 25 tahun terakhir—kali ini, film Indonesia berjudul The Fox Exploits The Tiger's Might “menyelip” di antara film-film mancanegara.

Film pendek berdurasi 25 menit karya sutradara Lucky Kuswandi ini siap diikutsertakan dalam kompetisi Semaine de la Critique atau Critic's Week, salah satu program Cannes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjelang keberangkatan ke Cannes, Lucky dan beberapa pihak terkait menyelenggarakan jumpa pers di MD Animation, kawasan Tanah Abang, Jakarta, pada hari ini (11/5).

“Mungkin ada yang berpikiran kalau mau masuk Festival Cannes atau di mana pun itu harus kenal siapa atau harus lewat siapa, ternyata enggak,” kata Lucky menjelaskan.

Lebih jauh Lucky menyatakan, pihaknya mengikuti “jalur regular” alias sesuai aturan. Sejak Februari, sudah melakukan pendaftaran dan mengirimkan filmya.

“Ternyata terseleksi,” kata Lucky, lega menerima kabar baik pada April kemarin. The Fox mampu “melibas” 1.750 film pendek lain yang berkompetisi di Critic's Week.

The Fox merupakan film ke-dua Indonesia yang berjaya di Cannes. Sebelumnya, sekitar 25 tahun lalu, Tjoet Nja Dhien (1989) berhasil menembus ketatnya seleksi Cannes

Meiske “Dede” Taurisia, salah satu produser, juga menceritakan proses produksi film ini. Lewat rumah produksinya, Babibuta Films, dan pendanaan dari Hivos Foundation, akhirnya The Fox diproduksi.

"Babibuta Films sendiri memang dari awal sudah tahu pada saat membuat film, kami akan membuat film yang menyediakan tempat bagi sutradara-sutradara ini untuk bermain-main,” kata Dede.

Bermain yang dimaksud Dede merujuk pada eksplorasi dan eksperimen dengan film. Hingga siapa pun penonton film produksi Babibuta Films bisa memahami “apa sih, rasanya jadi manusia?”

Menurut Dede, film The Fox, yang bertema seks dan relasi kuasa, berangkat dari keresahan sang sutradara. Keresahan yang mengerucut menjadi ide untuk mengeksplorasi tema yang dianggap tabu dan jarang dibicarakan.

Kebetulan, Babibuta Films dan Hivos juga menyoroti tema serupa. Setelah melalui diskusi panjang antara Lucky, Babibuta dan Hivos, film pendek The Fox pun digarap bersama.

“Ini kan, bagian dari proyek besar Mengalami Kemanusiaan di mana kita ingin membicarakan hal-hal yang memang jarang dibicarakan,” kata Dede.

“Di film ini kita bicara soal seksualitas dan kekuasaan, dan bagaimana keduanya saling mempengaruhi. Berangkat dari tema besar itu kemudian muncullah film ini," ujar Lucky menjabarkan.

Bagi Lucky sendiri hambatan terbesarnya adalah menemukan cerita yang tepat, serta bagaimana menerjemahkan isu sosial ke dalam pengalaman sinematik.

Lucky juga berpendapat bahwa filmnya bisa memberikan alternatif tontonan dan memicu diskusi, dia berharap setelah pemutaran ada pertukaran pemikiran dalam diskusi.

Keberangkatan Lucky dkk ke Cannes didukung sembilan orang lain, termasuk di antaranya perwakilan Badan Perfilman Indonesia (BPI) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), juga sineas di balik film Filosofi Kopi dan Tabula Rasa.

"Mudah mudahan ini bisa mempromosikan film Indonesia dan Indonesia pada umumnya. Intinya Badan Perfilman Indonesia menyambut baik dan kali ini booth-nya pun atas nama BPI," ucap Kemala Atmojo mewakili BPI.

Di sisi lain, pihak Kemendikbud mengaku sudah memfasilitasi sineas Indonesia untuk berpartisipasi di festival film internasional sejak 2013.

Pihak Kemendikbud yang diwakili Agus Waluyo Priyanto dari Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya menyatakan siap memberangkatkan tiga orang ke Cannes.

"Kami fasilitasi kegiatan teman-teman di luar negeri tujuannya adalah meningkatkan peran dan citra Indonesia di kancah internasional,” kata Agus, “juga untuk meningkatkan kualitas para pelaku budaya untuk belajar dari pengalaman di luar negeri.”





(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER