Jakarta, CNN Indonesia -- Aktor senior Didi "Petet" Widiatmoko meninggal dunia, pada Jumat (15/5). Sebelum berpulang, Didi sempat mengeluhkan penyakit asam lambung yang dideritanya.
Walau kesehatannya belum 100 persen pulih, Didi tidak berdiam diri. Pria 58 tahun ini menjalani segenap aktivitas dan baru saja kembali dari Italia untuk mengurusi ajang World Milan Expo 2015 di Italia.
Di ajang ini, Didi Petet didaulat menjadi Ketua Koperasi Pelestarian Budaya Nusantara (KPBN).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh pelaku dunia hiburan merasa kehilangan. Didi, yang belakangan ini beken lewat sinetron
Preman Pensiun, bisa dibilang sebagai pekerja seni lintas generasi.
Baik artis seumuran dan artis muda mengenal baik dirinya.
Yang paling merasa ditinggalkan tentu saja anggota keluarga. Berbicara seusai pemakaman ayahnya di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, pada Jumat sore, anak sulung Didi mengaku sudah mulai rindu dengan ayahnya.
Ditanya apa momen istimewa dirinya bersama Didi, Getar Jagat Raya (31) mengaku, "Semua momen bersama bapak sangat spesial bagi saya."
Getar menyampaikan pada
CNN Indonesia bahwa ayahnya sempat sehat sebelum meninggal di rumah pukul 05.00 WIB. "Dari Milan itu bapak
sempet lemes, padahal pas
nelfon saya itu
udah normal lagi,
udah enggak sakit," ujar Getar.
Dijelaskan Getar, Didi memang memiliki riwayat penyakit asam lambung akut. Saat di Milan, ayahnya bahkan sempat sehari diopname. Setelah itu, almarhum sempat memberi kabar bahwa kondisinya sudah membaik.
"Tanggal 10 Mei pulang ke Jakarta, dua hari istirahat total. Hari ke-tiga beliau mau pengobatan sama temannya di Bandung, sekitar dua hari satu malam. Di perjalanan ke Bandung, bapak sempet
ngabarin saya,
nelfon saya
ngucapin ulang tahun. Itu komunikasi terakhir kami," ujar Getar sambil menahan tangis.
Getar juga bercerita tentang sosok almarhum yang santai dan humoris. Anak tertua Didi ini juga menyampaikan bahwa sang ayah adalah figur yang demokratis. Padahal Getar menilai banyak orang melihat ayahnya sebagai pribadi yang serius.
"Kami sebagai anak diberi kebebasan, sebebas-bebasnya. Mau
ngapain aja terserah, saya dan adik-adik enggak diberi tuntutan," kata Getar yang bersama adiknya, Nabila, sama-sama kuliah di Institut Kesenian Jakarta, tempat sang ayah mengajar.
Menutup perbincangan, Getar mewakili keluarga, meminta maaf untuk kesalahan almarhum dan memohon agar ayahnya dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
(ard/ard)