Paviliun Indonesia di WEM 2015 Diserbu Ribuan Pengunjung

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 22 Mei 2015 10:08 WIB
Berita kisruh World Expo Milan 2015 dianggap direktur Paviliun Indonesia berlebihan. Padahal simpang siur di awal ajang ini yang membuat Didi Petet sakit.
Paviliun Indonesi
Jakarta, CNN Indonesia -- Kisruh World Expo Milan 2015 dianggap Budiman, direktur Paviliun Indonesia dalam ajang itu, berlebihan. Indonesia memang sempat kesulitan perizinan di hari-hari pertama. Namun, sekarang pameran sudah berjalan dengan lancar.

Sehari-harinya, Paviliun Indonesia yang menempati stan seluas 1.200 meter persegi bahkan diserbu enam ribu hingga tujuh ribu pengunjung. "Mereka suka sekali makanan yang disajikan di restoran yang kita," kata Budiman saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (21/5).

Menu favorit mereka adalah satai ayam. Budiman mengatakan, satai ayam yang disuguhkan secara buffet selalu ludes setiap hari. Nasi goreng juga menjadi incaran. "Orang Italia ternyata suka makanan pedas," ujar Budiman menambahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain satai dan nasi goreng, panitia juga memboyong koki dari Restoran Bogor di Hotel Borobudur, Jakarta untuk memasak menu-menu tradisional yang menggoyang lidah masyarakat.

Selain membuka semacam restoran, Paviliun Indonesia yang didesain dengan konsep bubu nelayan itu juga disemarakkan pameran kerajinan. Pengunjung juga terpikat kecanggihan virtual reality untuk menikmati kecantikan pulau-pulau di Indonesia.

"Yang teknologi seperti itu masih jarang digunakan di pameran," ujar Budiman lagi.

Di akhir pekan, pengunjung di Paviliun Indonesia lebih melonjak lagi. Jumlahnya bisa mencapai lebih dari 12 ribu orang dalam sehari. Mereka terpesona menyaksikan tari-tarian tradisional yang dipentaskan meriah.

(Baca juga: Denyut Seni Budaya Paviliun Indonesia di Expo Milan)

Pekan ini, kata Budiman, pihaknya menyuguhkan tari merak. "Yang mementaskan ada orang Indonesia yang kebetulan sekolah di Italia, dan memang penari," ujarnya yang saat ini mengoperasikan program acara di sana. Sebelumnya, ada tari topeng asal Pulau Dewata.

"Sebelumnya dari KBRI di Roma dan perwakilan Departemen Perdagangan. Pokoknya setiap minggu kami buat ada tari tradisional, kerja sama dengan orang-orang yang kebetulan sedang tur di Eropa," kata Budiman melanjutkan. Namun, ada juga yang didatangkan dari Jakarta.

"Pertunjukan seperti itu biasanya setiap Jumat sampai Sabtu, atau Sabtu sampai Minggu. Tapi yang paling ramai Jumat ke Sabtu," katanya.

Perjuangan mendiang Didi Petet

Perhatian pangunjung pada Paviliun Indonesia di World Expo Milan 2015 itulah yang menjadi mimpi Didi Petet sebelum meninggal. Didi merupakan ketua KPBN, pihak swasta yang menjadi penyelenggara Paviliun Indonesia karena pemerintah angkat tangan masalah biaya.

"Expo ini sama seperti yang di Shanghai tahun 2010. Waktu itu dananya dari APBN, tapi sekarang murni swasta. Pemerintah hanya membantu masalah perizinan," kata Budiman. Di sanalah peran Didi. Ia ingin Indonesia dilihat secara mentereng di pameran itu. Tak heran Didi "ngotot" mencari dana untuk Indonesia.

Perkara simpang siur kabar bahwa pameran itu membuat Didi stres sampai asam lambungnya naik dan meninggal dunia, Budiman serta panitia lain tidak tahu-menahu. Mereka hanya memahami alasan Didi memperjuangkan Paviliun Indonesia.

World Milan Expo memang begitu berharga. "Ini acara terbesar ke-tiga setelah Olimpiade dan Piala Dunia. Pesertanya 90 persen negara di dunia," ujar Budiman. Karena itulah Indonesia harus ikut, jika memang ingin dipandang. Ibarat Olimpiade, Indonesia ikut mengirim perwakilan atlet dan rombongan parade.

Apalagi tema World Milan Expo kali ini berhubungan dengan pangan sebagai energi dunia. Indonesia sebagai gudang rempah merasa perlu membuktikan bahwa negara ini punya ketahanan pangan. Kebudayaan dan kuliner hanya sebagai sampingan penyemarak suasana.

Sehari-harinya, Paviliun Indonesia merupakan etalase dari seluruh potensi Negeri Khatulistiwa, untuk mata dunia. Selain kebudayaan dan kuliner, terkadang ada perwakilan maritim yang memperlihatkan ketahanan dan ketersediaan pangan Indonesia.

"Soal business forum, bahwa akan ada pertemuan antara paviliun satu dengan lainnya, itu bukan target yang bisa langsung dicapai. Itu adalah efek yang positif," kata Budiman. Efek itulah mimpi yang dibawa Didi Petet ke liang lahat. (vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER