Kesuksesan
99 Cahaya di Langit Eropa membuat Maxima International Pictures melanjutkan dengan film ke-dua. Rumah produksi itu kembali menggarap buku karya Hanum Salsabiela Rais, kali ini berjudul
Bulan Terbelah di Langit Amerika. Pemainnya masih sama, Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, dan Nino Fernandez.
Hanya sutradaranya yang berbeda. Dalam jumpa pers di kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Sabtu (20/6), perwakilan Maxima Yoen K. mengatakan, sutradara
Bulan Terbelah di Langit Amerika dipercayakan pada tangan Rizal Mantovani. Produser Ody M. Hidayat menuturkan, pergantian sutradara adalah konsekuensi padatnya jadwal.
"Faktor pertama adalah kami enggak cocok masalah waktu. Pada film pertama pun Mas Rizal yang kami pilih, tapi dia enggak bisa," ujar Ody menjelaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berganti sutradara, film itu masih bernapaskan hal yang sama: keislaman. Seperti
99 Cahaya di Langit Eropa, tokoh Hanum dan Rangga di film itu bakal mengisahkan pengalaman menjadi seorang muslim di negeri orang. Kali ini Amerika.
"Kami akan membuat film religi yang kontemporer. Bukan film religi yang terjebak dilema halal-haram atau masalah fikih, tapi isu yang diangkat adalah isu global. Tentang bagaimana menjadi muslim yang hidup di kota New York," kata Rangga Almahendra, suami Hanum yang dalam film diperankan Abimana.
Hanum menambahkan bahwa film ini melihat relasi dunia Islam dengan barat pasca tragedi 9-11, yakni jatuhnya pesawat yang dibajak teroris ke gedung kembar WTC. Ia juga melihat perspektif korban 9-11. Menariknya,
Bulan Terbelah di Langit Amerika akan menghadirkan kembali insiden yang menjadi sorotan pada 2001 itu.
Rizal sebagai sutradara berencana menggunakan CGI (Computer Generated Image).
"Karena tempatnya sudah tidak ada, pasti kami harus membuat sebuah set di studio. Kami masih belum menentukan akan di luar negeri atau di sini. Tentunya akan melibatkan CGI. Kuncinya, pas nonton orang enggak merasa itu komputer," tuturnya.