Seleksi Penulis Frankfurt Book Fair 2015 Dirundung Kritik

Rizky Sekar Afrisia & Vega Probo | CNN Indonesia
Rabu, 01 Jul 2015 16:12 WIB
Pemilihan 70 penulis yang dibawa ke Frankfurt Book Fair dianggap tidak transparan. Proses penerjemahan pun dirasa lambat.
Frankfurt Book Fair 2015 mempertemukan penulis dan pelaku industri buku. (Thinkstock/KatarzynaBialasiewicz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah Indonesia menempati panggung seluas lebih dari dua ribu meter persegi di Frankfurt Book Fair semakin dekat. Tinggal tiga bulan lagi sampai Indonesia menjadi tamu kehormatan ajang buku terbesar dunia itu.

Penyair dan esais Goenawan Mohamad selaku ketua komite nasional pelaksanaan Frankfurt Book Fair 2015 mengatakan beberapa waktu lalu, persiapan sudah 85 persen.

Sejak Februari lalu, panitia menyatakan akan ada 70 penulis yang diberangkatkan. Sekitar 40 di antaranya adalah sastrawan dan penyair.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu syarat penting keberangkatan para penulis Indonesia itu ke ajang Frankfurt Book Fair adalah karya yang diterjemahkan. Namun masalah penerjemahan menjadi salah satu sandungan yang diributkan selama ini.

Dalam jumpa pers FBF 2015 beberapa waktu lalu di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, disebutkan bahwa panitia melalui Komite Penerjemahan menargetkan ada lebih dari 200 buku yang akan diterjemahkan ke bahasa asing untuk FBF 2015. Angka itu turun dari target awal, 300 buku.

"Sejauh ini, sudah diproses 143 judul buku yang sudah diputuskan untuk layak menerima subsidi penerjemahan," demikian tertulis di keterangan pers yang diterima CNN Indonesia.

Baca juga: Mengapa Karya Sastra Indonesia Sulit Mendunia

Sebanyak 39 judul sudah diterjemahkan pada 2014, 34 judul per April 2015, dan 70 judul memasuki tahap akhir penyelesaian.

Dalam status Facebook-nya Selasa (30/6) malam, Goenawan menyebutkan kembali sudah 200 judul diterjemahkan.

Namun tetap saja, proses itu dirasa lambat. "Menentukan penerjemahan saja baru Maret. Saya enggak yakin dari target 300 yang diturunkan menjadi 200 itu bisa dijalankan. Paling berapa," ujar AS Laksana, salah satu penulis.

Kritik proses seleksi

Bukan hanya itu, kriteria keputusan buku-buku yang diterjemahkan juga dianggap tidak transparan.

Sulak--sapaan akrab AS Laksana termasuk yang dihubungi panitia untuk diberangkatkan ke Frankfurt dibingungkan pertimbangan penyeleksian buku.

Pada awal pembentukan panitia, kata Sulak, ia pernah memberi saran soal parameter jelas untuk pemilihan buku-buku yang akan diterjemahkan.

"Ambil saja buku-buku yang mendapat penghargaan. Penghargaan apa pun, putuskan saja dalam kurun lima atau 20 tahun terakhir misalnya," kata Sulak pada CNN Indonesia saat dihubungi pada Selasa (30/6).

"Bisa juga ambil hasil kuratorial dari seluruh Indonesia, tidak hanya Jakarta tapi juga daerah-daerah. Kemudian, pilih dari buku-buku best seller," ujar Sulak melanjutkan.

Dengan begitu, menurutnya tolok ukur buku-buku yang diterjemahkan menjadi lebih jelas. "Lebih bisa dipertanggungjawabkan ke publik."

Namun sampai akhir kepanitiaan, ia menduga itu tidak dilakukan. Kini, ia merasa buku-buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan tak transparan pemilihannya.

Ada kuratornya tiga orang. Hasil seleksi mereka diserahkan ke tim di Frankfurt.Goenawan Mohamad
Dihubungi secara terpisah, Rabu (1/7) pagi, Goenawan menjelaskan bahwa proses penyeleksian buku memang tidak bisa serta-merta jadi. Ia juga sudah melakukan kurasi. "Ada kuratornya tiga orang. Hasil seleksi mereka diserahkan ke tim di Frankfurt," ujarnya.

Ia melanjutkan, buku-buku itu diseleksi bukan berdasarkan nama penulis. "Melainkan berdasarkan keragaman tema dan daerah si penulis," tuturnya menjelaskan. Ia mengakui, proses penyeleksiannya memang belum final.

Sulak kembali mempertanyakan daftar 70 penulis yang akan dibawa ke Jerman, padahal selama ini belum pernah diumumkan. "Di Jerman katanya sudah ada konferensi pers. Tapi belum pernah diumumkan di sini," tuturnya. Ia tidak tahu siapa saja 70 penulis itu.

Sulak sendiri termasuk dalam daftar itu. Menurut Sulak, sejauh yang ia ketahui, bukunya belum ada yang diterjemahkan. Sulak mengaku dihubungi panitia awal Juni lalu. Ia diminta mengosongkan jadwal pada Oktober karena akan diajak ke Frankfurt. "Saya enggak ngerti kenapa dipilih," ujarnya.

(rsa/nez)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER