Sementara Livi mengurus visual, Ken menulis skrip. Kurang lebih satu tahun Ken bekerja ekstra “menggoreng” naskah film tersebut dengan 30 kali revisi hingga matang. “Saya ingin membuat film
action dengan cerita yang kuat," kata Livi.
"Saya pertamanya enggak
pede nulis naskah, terus akhirnya saya bilang ke Livi, 'Kayaknya kita harus bikin film bareng,’ kata Ken yang kebetulan tertarik menulis. Ia mengasah kemampuan menulis dibantu teman sekolahnya, penulis buku termuda di China.
“Saya mulainya kan penulis naskah. Akting itu tantangan baru buat saya. Kan saya ambil kuliah fotografi, jadi mungkin bisa lebih nyatu bidangnya sama kakak saya. Jadi kami bisa lebih berkreasi bersama," ujar pria berusia 20 tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain kompak di film, kakak beradik ini juga sama-sama jago wushu. Ken memang atlet wushu yang pernah menjadi anggota tim Wushu Sanda DKI Jakarta, sebelum kemudian merambah profesi penulis naskah sekaligus aktor.
Livi menempuh pendidikan wushu di Shi Cha Hai Sports School, Shanghai. Sementara Ken yang sudah bersekolah wushu di Beijing selama delapan tahun. Kepiawaian Ken beraksi wushu jadi gagasan bagi Livi untuk menggarap
Brush with Danger.
Kini, para penonton film tersebut bisa melihat sendiri kepiawaian kakak beradik ini bertarung wushu, sekaligus memerankan karakter Alice Qiang dan Ken Qiang, plus Livi sendiri kebagian tugas tambahan sebagai sutradara.
"
I like working with my sister, karena kita saling melengkapi jadi lebih baik kalau ada tantangan dihadapin bersama," imbuh Ken. Livi pun menyatakan hal senada, "Saya dan Ken seperti yin-yang, jadi saling lengkapin kekurangan masing-masing.”
Sekalipun kompak di film laga, namun
genre ini bukan satu-satunya fokus Livi. “Kalau ada cerita bagus saya mau
sutradarain walaupun bukan
genre action. Film komedi atau drama itu saya suka banget, jadi saya terbuka untuk film apa pun,” jelas Livi.