-- Lama tak kedengaran kabarnya, penyanyi bersuara keren Joss Stone seperti hilang ditelan bumi. Kenyataannya, selama ini, ia memang bersembunyi di tengah hutan dalam arti harafiah.
. Dengan nada canda, ia menambahkan, “Tak ada yang mengganggumu di hutan.”
Rumah Joss berlokasi di kota kecil Devon, Inggris. Di rumah bergaya
yang juga dihuni beberapa ekor anjing ini, ia biasa menemani ibunya mereguk teh dan mengudap
, juga tak ada sinyal telepon. Di ruang tengah yang berhias karpet Maroko, hanya ada koleksi piringan hitam dan alat pemutarnya.
“Saya tak punya televisi,” aku Joss tanpa malu-malu. “Beberapa waktu lalu, saya sempat membelinya atas permintaan kekasih. Tapi kini, kami sudah putus, dan saya tak pernah menyalakannya."
seperti sekarang, Joss lebih memilih hidup tanpa peranti elektronik dan meyakini televisi bukan satu-satunya penghubung dengan dunia luar.
Jadi jangan heran bila Joss tak kenal penyanyi Rita Ora, juga tak familiar dengan lagu-lagu Taylor Swift. “Tapi saya pernah melihat fotonya. Saya senang cara dia selalu tersenyum.”
Sekalipun pernah menjadi salah satu penyanyi termuda dan terkaya di Inggris, juga bergaul akrab dengan keluarga kerajaan Inggris, toh Joss tetap membumi dan hidup sederhana.
Ia tetap bermusik. Namun kini, tanpa manajer, tanpa label rekaman mayor, tanpa
, tanpa ikut tren, tanpa ada seorang pun yang memerintahnya untuk mengerjakan ini itu.
Sebagai orang bebas, Joss leluasa menentukan gaya dan menjalankan misinya sendiri, juga mengelola label rekaman kecil Stone’d Records. Ia sadar, karyanya msih jauh dari sempurna. Tapi setidaknya ia melakukan sendiri.
Sebagai musisi sejati, Joss tak ingin berlama-lama vakum. Tahun ini, ia keluar hutan, dan pada 31 Juli nanti, merilis album baru
, masih dengan gaya khasnya: retro soul.
Berbeda dibanding sebelumnya, album ke-tujuh
Water For Your Soul, tersimak lebih berwarna. Ada nuansa reggae, ballad, hip hop, r&b, sampai world music.
“Album ini merupakan kombinasi segala hal yang saya sukai,” kata Joss sebagaimana dikutip
Telegraph. Tak hanya musiknya saja yang bervariasi, liriknya juga, dari kisah putus sampai jatuh cinta.
Selama menggarap album ini, Joss dibantu pionir reggae Dennis Bovell, komponis Inggris-India Nitin Sawhney serta Damian Marley, anak Bob Marley.
Hasilnya, ada lagu reggae
This Ain’t Love, juga lagu ballad
Let Me Breathe yang diberi sentuhan gitar Spanyol, serta
Stuck On You yang diwarnai gitar akustik dan tabla.
Masih ada
Way Oh yang mengingatkan pada
Buffalo Soldier milik Bob Marley, lalu
Molly Town yang berirama dinamis, juga
Show Me It Hurts tentang pengalaman putus dan jatuh cinta.
Tak seperti album-album sebelumnya yang terasa “senada,” kali ini
Water For Your Soul secara nyata menggambarkan Joss sebagai perempuan dewasa 28 tahun yang berani mengubah haluan bermusik.
Tak sedikit kritikus musik yang memmuji kedewasaan Joss sebagai penyanyi dan penulis lagu. Apalagi sekarang ia pun tak lagi terikat kontrak dengan label rekaman mayor EMI.
“Saat memutuskan meninggalkan EMI, saya bertekad meraih kebahagiaan sebanyak mungkin. Kalau tidak, ya buat apa?” katanya. “Saya ingin menjalani kehidupan yang menyenangkan.”
Kepada
Telegraph, Joss mengaku gerah dengan sederet aturan yang dibuat EMI selama delapan tahun dikontrak. Ia tak boleh memiliki tato, juga tak diperkenankan mengubah gaya rambut.
“Mereka mengontrak artis yang sedang bersinar, dan yang mereka pedulikan semata soal uang,” kata Joss tentang “kebiasaan buruk” label rekaman mayor.
“Kebiasan buruk” semacam ini, diyakini Joss, justru melahirkan karya yang buruk, dengan cita rasa buruk. Padahal Joss sungguh-sungguh ingin bermusik dengan indah.
Sebagai musisi mandiri, Joss merasa tak perlu melakukan semua yang dikatakan pihak label rekaman. Ia juga tak suka cara label rekaman menetapkan aturan ini itu, seolah menguasai si artis
“Menurut saya, hal semacam ini semacam penyiksaan,” kata Joss, “dan hal semacam itu tak mengena bagi saya.” Karena itu,
Water for Your Soul menggambarkan kebebasan Joss sebagai musisi.
Bagi Joss, ia menyanyi karena memang harus menyanyi, bukan demi mencetak
hits. Ia hanya ingin meneriakkan instrumen musik lewat laringnya. Bila tak menyanyi, ia merasa hidupnya hampa.
[Gambas:Youtube] Memulai karier di usia 16 tahun lewat album debut
The Soul Sessions (2003) yang terjual sejuta kopi di Inggris, Joss sontak menyita perhatian pencinta musik.
Apalagi suaranya keren dan gayanya pun seru ala
bohemian atau
hippie khas ’70-an. Sepanjang kariernya, si pemilik mata biru ini pernah meraih Brit Awards dan Grammy Awards.
Penyanyi legendaris Smokey Robinson menjuluki Joss, Aretha Joplin,” karena memiliki vokal sedahsyat Aretha Franklin dan menyandang gaya bohemian ala Janis Joplin.
Bakat Joss memikat banyak musisi legendaris. Mereka yang pernah bertandem dengannya di atas panggung, antara lain James Brown, Rod Stewart, Stevie Wonder, Jeff Beck dan Ringo Starr.
Di studio rekaman, para legenda juga dengan senang hati menjadi mentor bagi Joss. Sebut saja, Dave Stewart dari Eurythmics serta Mick Jagger dan Damian Marley.
Padahal semula orang tua Joss, Richard Stoker dan Wendy Joseph, yang sama-sama berprofesi sebagai pebisnis, sempat meragukan keputusan Joss berkarier sebagai musisi.
“Mereka bertanya, ‘Apakah kamu yakin mau melakukan semua ini? Apakah kamu tahu apa yang kamu hadapi?’ Tentu saja saya mau melakukan semua ini, sekalipun tak tahu apa yang saya hadapi.”
Kini, lebih dari satu dekade berkarier, Joss berhasil menjual lebih dari 12 juta album di seluruh dunia dan menumpuk kekayaan senilai sembilan juta poundsterling, hampir Rp 200 miliar.
Joss menjadi perempuan termuda terkaya versi Sunday Times Rich List 2006. Pergaulannya kian meluas. Setidaknya ia pernah
nge-teh bersama Tom Cruise dan berkunjung ke Gedung Putih.
Perempuan bernama asli Joscelyn Stoker ini akrab dengan keluarga Kerajaan Inggris. Ia bersahabat dengan Pangeran Harry dan Pangeran William, juga sering berkonser di istana.
Saat Pangeran William menikah dengan Kate Middleton, Joss juga diundang. Harus diakui, tak banyak penyanyi muda yang memiliki kesempatan sebagus dan seluas Joss.
Kariernya pun melebar. Selain menjadi model lini busana Gap, ia juga berakting di film
Eragon,
Snappers dan acara televisi
The Tudors sebagai Anne of Cleves.
Namun Joss tetaplah Joss yang rendah hati. Ia tak pernah ngoyo jadi bintang, tak pernah terobsesi menjadi selebriti, tak pernah berambisi jadi sosok terkenal di seluruh dunia.
Bila selebriti lain suka narsis di karpet merah, tidak demikian halnya dengan Joss. “Tak perlulah sering-sering melintasi karpet merah,” katanya. “Biarkan gadis pirang lain yang melakukan hal itu.”
[Gambas:Youtube] Sekalipun hidupnya tampak adem ayem, bukan berarti tanpa drama. Suatu kali, pada 2011, Joss nyaris menjadi korban tindakan kriminal. Pengalaman buruk yang membuatnya sangat ketakutan.
Hampir saja ia diculik dan dibunuh dua pria asal Manchester, Junior Bradshaw dan Kevin Liverpool. Dengan membawa senjata tajam pisau, palu dan samurai, mereka mendatangi rumah Joss.
Untung saja, aksi mereka digagalkan polisi. Keduanya ditangkap, diadili, dan dijebloskan ke dalam penjara. Namun Joss tetap saja ketakutan, apalagi rumahnya memang di tengah hutan.
“Tinggal jauh dari mana-mana itu sedikit menakutkan,” katanya sebagaimana dikutip
Mirror. Karena itu, ia ditemani beberapa ekor anjing di rumahnya.
Dalam hal romansa, hidup Joss juga diliputi drama. Ia mengalami beberapa kali putus sambung, dan sempat berencana menikah dengan pria yang berusia jauh lebih tua, namun urung.
Padahal ia sudah berancang-acang ingin memiliki banyak anak. Akhirnya ia mengakui, hubungan cintanya ketika itu terlalu bergejolak. Ia pun meredam keinginan punya anak.
“Kini, bukan saat yang tepat,” katanya. Menurut Joss, anak-anak butuh stabilitas, sementara untuk saat ini, Joss merasa belum sanggup memberikan hal itu.
Kini, Joss bersyukur dan menikmati hidup apa adanya bersama anjing-anjing peliharaan. Di luar seabrek agenda bermusik, ia aktif berkegiatan sosial di manca negara.
Memiliki jiwa sosial tinggi, Joss turut membantu mengurai masalah dunia. Ia pernah bekerja sama dengan organisasi sosial Desert Flower Foundation dan Friends of Alalay.
Sejauh ini, ia sudah pernah melakukan aksi sosial di Bolivia, Buenos Aires, Beirut, Mexico City dan Djibouti. Berikutnya, Joss mengaku sangat ingin menjejakkan kakinya di Suriah.
“Saya ingin ke sana sekalipun situasinya berbahaya,” kata Joss yang pernah beraksi sosial bersama Pangeran Harry. “Kehadiran saya tak ada kaitan dengan isu politik. Semata isu kemanusiaan.”
Dalam pandangan Joss, orang-orang yang aktif beraksi sosial memiliki kesamaan: sama-sama mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri.
Kegiatan sosial yang pernah dilakukan Joss beragam, dari menyantuni anak jalanan, menyumbang peralatan sekolah, hingga menyediakan perawatan gigi gratis bagi warga kawasan kumuh.
Bagi Joss, untuk mengetahui kondisi dunia luar, kita memang harus keluar rumah serta berinteraksi secara langsung dan nyata. Bukan cuma menonton televisi.
[Gambas:Youtube]