Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah panggung teater kontroversial seharusnya pentas beberapa hari ke depan. Namun pada Kamis (30/8) pertunjukan itu mendadak dibatalkan, kurang dari dua minggu sebelum hari H. National Youth Theatre (NYT) yang memproduksi teater itu menutup diri.
Sutradara Nadio Latif dan pemain Omar El-Khairy mengungkapkan, pembatalan produksi itu dikarenakan tekanan dari pihak eksternal. Bagaimana tidak, yang akan mereka pentaskan adalah alasan banyaknya generasi muda masuk ISIS (
Islamic State of Iraq and Syria).
Pejabat lokal dan kepolisian diklaim ikut membantu produksi itu. Namun menurut produser, suara para pemain muda telah "dibungkam".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pentas itu dimainkan oleh 112 orang, dengan usia antara 15 sampai 25 orang yang kebanyakan dari etnis minoritas. Pentas dijadwalkan digelar di sebuah sekolah di Bethnal Green, kurang dari dua kilometer dari Academy. Digadang-gadang, acara itu akan dihadiri Shamima Begum, Kadiza Sultana dan Amira Abase.
Ketiganya adalah anak sekolah yang pernah ke Suriah pada Februari lalu untuk menjadi pejuang ISIS. Kisah mereka lah yang menginspirasi NYT untuk menjadikannya teater.
Latif dan El-Khairy telah melakukan workshop dengan para bintang muda dan memutuskan pentasnya nanti mengusung isu Islam di UK. Sudah ada konsep unik mempertunjukkan teater itu. Alih-alih disuguhi panggung dan layar, penonton bisa berjalan di tengah koridor sekolah, menyaksikan perbincangan dan momen-momen dramatis yang terjadi antara pemain.
Entah apa yang akhirnya membuat teater itu dibatalkan. "Tidak ada peringatan apa pun. Kami mendapat surel pada Kamis malam yang menyebutkan pertunjukan dibatalkan," kata Latif. Padahal, lanjutnya, latihan telah usai.
"Para pemain baru diberi tahu Jumat pagi. Itu benar-benar menjadi pukulan telak. Kami tidak menyangka itu akan terjadi. Pasti ada tekanan dari luar yang membatalkan pertunjukan," kata Latif lagi. Ia menduga, alasannya adalah kemungkinan trauma emosional dalam 112 pemain.
Menurutnya, itu tidak perlu terjadi. Pertunjukannya seharusnya bisa menjadi perbincangan cerdas di sekeliling isu yang melekat dengan histeria. "Bukan malah suara yang dibungkan tanpa penjelasan dan tanpa konten yang pernah dilihat karena hamparan ketakutan di mana kita hidup," tuturnya lagi.
Sebenarnya upaya-upaya penjegalan pertunjukan sudah dirasakan sejak Juni. NYT diminta memindah pertunjukan dari sekolah di Bethnal Green ke UCL Academy di Swiss Cottage, sebab dewan Tower Hamlets menyebutnya tak sensitif.
"Sekolah itu tidak peduli akan subjek dari pertunjukan itu ketika mereka setuju menerima ide itu. Ketika peduli, mereka memutuskan tidak akan pantas memecah perjanjian mereka kepada NYT," ujar juru bicara Tower Hamlets.
Dalam wawancara dengan The Guardian, Paul Roseby, Direktur NYT bersikukuh akan ide mementaskan ISIS. Ia mengatakan, mereka tidak takut jika ada protes maupun pertanyaan kontroversial tentang pementasan itu.
"Mungkin hasil akhirnya juga akan secara dramatis memecah opini. Tapi saya pikir itu risiko yang layak karena teater adalah sebuah media yang sangat kuat untuk mengeksplor isu-isu yang membuat orang tidak nyaman," katanya.
(rsa/rsa)