Jakarta, CNN Indonesia -- Gedung konvensi dan pameran, Indonesia Convention Exhibition (ICE) di BSD City, Tangerang resmi dibuka pada Selasa (28/7).
Gedung seluas 220.000 meter persegi yang dibangun di atas lahan 22 hektare ini merupakan hasil kerja sama Sinar Mas Land dan Kompas Gramedia, atas nama perusahaan joint venture PT Indonesia International Expo.
Menurut keterangan Ishak Chandra, CEO Strategic Development Sinar Mas Land, ICE memiliki kapasitas indoor 50.000 orang dan kapasitas outdoor 50.000 orang per meter persegi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumpa pers pembukaan perdana ICE juga mengumumkan rangkaian acara All Eyes On ICE, yang akan berlangsung dari 31 Juli hingga 30 Agustus.
Rangkaian acara ini menampilkan beberapa pagelaran seperti Afgan Raisa: A Night to Remember, konser Magenta Orchestra, lakon Sampek Engtay oleh Teater Koma dan Jember Carnaval.
Teater Dapat TempatRatna Riantiarno, pimpinan produksi Teater Koma dalam Sampek Engtay menyatakan ingin membawakan lakon besar di tempat yang besar juga.
Walau sudah dilakonkan lebih dari 100 kali, menurut Ratna, lakon ini cocok untuk ditampilkan untuk menjadi pertunjukan teater pertama di ICE.
"Kami harus membawakan yang besar, lakon ini sudah dimainkan, sejak tahun 1988, dan sudah show di Jakarta, Bandung, Cibubur. Ini adalah pementasan yang belum pernah dilakukan oleh kelompok lain di Indonesia. Mudah mudahan kelompok teater lain bisa main di sini juga," jelas Ratna.
Walau menampilkan lakon berskala besar, sutradara Norbertus Riantiarno menyatakan Teater Koma hanya tinggal menjalani gladi kotor dan bersih.
Sambil bergurau, dia berkata kira-kira ada 100 orang yang terlibat dalam produksi lakon tersebut.
Riantiarno juga menyoroti keterbukaan di era sekarang, karena Sampek Engtay sempat dilarang di era Orde Baru selama 13 tahun.
"Kami sudah persiapan, nanti sore sudah latihan di sini. Ketika kami main di Medan, tahun 1989, dilarang. Sekarang syukurlah enggak ada apa-apa. Selama tiga hari kami main empat kali," ujar Riantiarno.
Skala NasionalSelain menggelar acara hiburan, ICE juga akan menjadi tempat bertemunya 16 subsektor Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dengan Presiden Joko Widodo pada 4 Agustus mendatang.
Diwadahi Rembuk Kreatif Nasional, tim yang meniru konsep badan ekonomi kreatif Inggris ini rencananya mengemukakan berbagai masalah di 16 subsektor tersebut.
"Bekraf sudah melantik pejabat eselon satu sebanyak enam orang. Tim ini merumuskan dan mencontoh dari Inggris, karena mereka yang pertama menjadikan ekonomi kreatif sebagai institusi dalam negara. Indonesia adalah yang kedua, di seluruh dunia," kata Olga Lydia, perwakilan dari Bekraf dan Koordinator All Eyes on ICE.
"Nanti masing masing subsektor ada perwakilannya, tapi tidak hanya mereka yang merumuskan
blueprint ekonomi kreatif, Presiden, Kepala Bekraf. Kami akan bicara dengan Presiden, problemnya apa dan solusinya seperti apa," jelas Olga.
Mengutamakan yang LokalMenutup jumpa pers, Managing Director Emerging Bussines Sinar Mas Land Mulyawan Gani menggarisbawahi bahwa dalam rangkaian All Eyes on ICE konten lokal mendapat porsi lebih, meski juga akan tampil grup boy band asal Korea Selatan, BigBang dan grup performance art, Cookin' Nanta.
"Kami juga lihat apakah ada agenda lokal yang bisa kami
push. Enggak menutup kemungkinan akan ada pameran setiap hari," ucap Gani.
"Kami sudah mempunyai agenda
event yang akan kami buat sendiri, otomatis kontennya lokal. Nanti ICE akan akan punya seperti Jakarta Fair. Sekitar 60-70 persen kontennya lokal, jadi dari Indonesia untuk dunia," imbuh Ishak Chandra.
(ard/vga)