Jakarta, CNN Indonesia -- Kehidupan warga miskin Astya Pura sontak bergolak seiring kedatangan perempuan berambut pirang bernama Nyonya Baron.
Perempuan kaya raya dan berpendidikan tinggi itu datang ke Astya Pura dengan sebuah misi: membangun mega proyek bisnis hunian berlantai 100.
Untuk mencapai tujuannya, Nyonya Baron mendekati satu per satu pamong Astya Pura, mulai dari Pak Lurah hingga Pak RT. Dia menjanjikan perubahan kesejahteraan bagi warga Astya Pura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mega proyek, menurut Nyonya Baron, juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi warga Astya Pura yang melarat. Mereka bisa bekerja di sektor properti sebagai sopir, ojek,
office boy, atau pekerjaan kelas bawah lainnya.
 Warga Asty Pura menolak keras rencana Nyonya Baron membangun hunian vertikal 100 lantai. Ketua RT Amat pun tak bisa diandalkan. (CNN Indonesia/Utami Diah Kusumawati) |
Namun warga menolak keras tawaran itu. Astya Pura, yang selalu rutin mendapatkan penghargaan Kalpataru, akan tercerabut dari akarnya dan menjadi sama dengan kota-kota tak berciri lainnya.
Mereka lantas mengirim Amat, sang Ketua RT, untuk berbicara dengan Nyonya Baron. Namun Amat justru bungkam setelah diiming-imingi hadiah sebagai Kepala Proyek.
Sayangnya, protes warga terus berlanjut hingga aksi anarkisme tak terelakkan. Rumah Nyonya Baron dijadikan sasaran, terlebih ketika menemukan bendera merah putih yang terpasang terbalik di rumah perempuan bergaya kebarat-baratan tersebut.
Rumah Nyonya Baron pun jadi sasaran amuk warga. Rumah itu dilempari batu dan dibakar hingga habis tak bersisa.
Itulah penggalan lakon satir komedi
KOK karya Putu Wijaya yang dipentaskan oleh Teater Mandiri, pada 4 dan 5 Agustus kemarin, di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Naskah
KOK merupakan gabungan dua cerpen
Protes dan
Bendera.
 Adegan lakon satir komedi KOK karya Putu Wijaya dipentaskan Teater Mandiri. (CNN Indonesia/Diah Utami Kusumawati) |
Menurut sang pimpinan produksi, Dewi Pramunawati, pementasan tersebut diselenggarakan dalam rangka menyongsong peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 serta ulang tahun Teater Mandiri ke-44.
"Selama 44 tahun, kami selalu mengembangkan konsep 'Bertolak dari yang Ada' untuk menciptakan karya-karya teror mental," kata Dewi dalam kata sambutannya.
Beberapa tahun terakhir, Teater Mandiri telah menciptakan beberapa karya seperti
Cipoa, Setan, HAH dan
Jpret. Sementara itu, Teater Mandiri telah mementaskan karya hingga ke luar negeri seperti Amerika, Hongkong, Singapura, Jepang, Korea Selatam, Jerman dan Mesir.
 Teater Mandiri telah mementaskan karya ke manca negara. (CNNIndonesia/Utami Diah Kusumati) |
Selain pementasan lakon teater, juga diadakan lomba pembacaan puisi, penampilan monolog dan pelucuran buku
Teror Mental di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.
Lakon
KOK diperankan oleh pemain seperti di antaranya Dwi Hastuti (Nyonya Baron), Laila Uliel Elnama (Bu RT), Izul (Pak RT), Ari (Pak Lurah), Taksu Wijaya dan Denpis Cahaya.
Laila dan Izul dalam pementasan
KOK berhasil menghidupkan roh lakon komedi dengan dialog serta bahasa tubuh mereka yang konsisten, stabil dan akting yang tampak alamiah. Sementara, Dwi Hastuti juga tampil memukai sebagai sosok Nyonya Baron yang dominan dan kapitalis.
 Nyonya Baron mendekati satu per satu pamong Astya Pura, mulai dari Pak Lurah hingga Pak RT. Dia menjanjikan perubahan kesejahteraan bagi warga Astya Pura. (CNN Indonesia/Utami Diah Kusuwati) |
(utd/vga)