Kill the DJ, dari Panggung Hiphop untuk Petani Klaten

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 19 Agu 2015 11:48 WIB
Lahir dan tumbuh sebagai anak seorang petani, Mas Juki paham betul masalah dunia sawah. Ia pun selalu mencari celah untuk memecahkan masalah.
Aksi Kill The DJ saat 'ngerap' (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dengan topi hitam, headphone melingkar di leher, serta kemeja batik terbuka sehingga memberi celah pada kaus putih di dalamnya, rapper asal Jawa Tengah, Marzuki Mohamad alias Kill the DJ, menggoreskan kapur putih di atas kaca mobil hitam. Mas Juki, demikian ia akrab disapa, sedang mengajarkan Matematika kepada anak-anak yang duduk di sekitarnya.

Usai mengajar, Mas Juki mengendarai mobilnya. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan sekelompok petani yang sedang kesulitan di tengah sawah. Senyum mengembang, Mas Juki membantu dengan tangan terentang.

Adegan dalam sebuah iklan kampanye bertajuk Bagaikan Air dari salah satu produsen air mineral tersebut, tak hanya dapat dilihat di layar kaca. Pemandangan tersebut sudah biasa dilihat di Dusun Banjarsari, Klaten, Jawa Tengah, kampung halaman Mas Juki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lahir dan tumbuh sebagai anak seorang petani, Mas Juki paham betul masalah dunia sawah. Ia pun selalu mencari celah untuk memecahkan masalah. "Saya ingin memajukan petani desa saya," ujar Mas Juki dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/8).

Pikiran tersebut pertama kali terlontar ketika Mas Juki sedang sibuk-sibuknya tampil bersama Jogja Hiphop Foundation di luar negeri. Kesuksesan yang ia raih justru membawa pikirannya berkelana ke kampung halaman.

"Saya lihat petani biasanya tanam padi dalam waktu empat bulan biasanya hanya dapat Rp3,5 juta. Saya satu kali manggung bisa berkali-kali lipat. Bagaimana mereka bertahan hidup?" kata Mas Juki.

Belum lagi regulasi ekspor pemerintah yang membuat harga beras lokal jatuh. Juki pun mencari cara agar petani tak lagi mengeluh ketika telah bercucur peluh.

"Cara bertani harus diubah. Para petani tua memang sulit mengubah pola pikir. Akhirnya, saya mendirikan Serikat Tani Muda untuk menciptakan generasi petani baru yang mandiri," tutur Juki.

Pada serikat petani tersebut, Juki menanamkan benih-benih cara bercocok tanam modern. "Saya ajarkan integrated farming supaya mereka bisa punya hasil setiap hari, tidak perlu tunggu tiga bulan," katanya.

Juki pun menjabarkan salah satu contoh metodenya. Dalam satu lahan pertanian, kata Juki, sebenarnya semua sumber daya dapat dioptimalkan.

"Saya lihat petani biasanya tanam padi dalam waktu empat bulan biasanya hanya dapat Rp3,5 juta. Saya satu kali manggung bisa berkali-kali lipat. Bagaimana mereka bertahan hidup?" Kill The DJ alias Mas Juki
"Pelihara ayam petelur, sehari bisa sepuluh telur. Ada kolam, bisa panen lele perbulan. Sekeliling kolam lele, tanam sayur bisa panen per dua minggu," papar Juki.

Selain belajar menggali potensi alam, sekitar 25 anak didik Juki tersebut juga diajarkan cara memasarkan produk. "Bagaimana pengemasan yang menarik. Ajarkan bagaimana menjual barang mandiri, tanpa harus ke swalayan," ucap Juki.

Jika ilmu yang diberikan dirasa kurang, Juki pun menyediakan layanan internet bagi para muridnya. "Saya dirikan tower internet di rumah. Semua yang mau akses jawaban untuk masalah dan perkembangan pertanian, tinggal ke rumah. Semangat saja dulu memajukan pertanian di tanah sendiri. Samakan impian," ucap Juki.

Namun, tak semua generasi muda di desa Juki memiliki impian yang sama. Kebanyakan justru sudah memiliki angan untuk bekerja di kota metropolitan.

Juki pun tak dapat membatasi impian anak didikan. Menyadari hal tersebut, Juki pun menaruh harapan besarnya pada beberapa anak yang memang memiliki ketertarikan dan bakat khusus di bidang pertanian.

"Ada tiga anak muda yang saya lihat benar-benar serius dan tertarik. Saya kasih mereka beasiswa di Joglo Tani," ucap Juki.

Ketiga anak tersebut nantinya diharapkan dapat menjadi fondasi berdirinya sebuah institusi pertanian impian Juki. "Sebuah pusat studi pengembangan pertanian di desa. Harus ada orang yang benar-benar ahli untuk memimpin pusat studi tersebut. Ini memang bukan rencana pendek. Kalau dilihat sekarang memang belum ada hasilnya, tapi lihat sepuluh tahun ke depan," ujarnya.

Meskipun sudah mengetahui bahwa setiap anak muda desanya memiliki khayal dalam akal masing-masing, Juki berharap impiannya dapat dipertimbangkan juga.

"Jangan pergi ke kota. Hidup di desa bersama saya. Pasti kita mendapat kebahagiaan di desa kita," katanya.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER