Jakarta, CNN Indonesia -- Lirikan mata tajam menghujam ke sudut kiri dan kanan tanpa terpejam. Gerak kepala bagai burung dengan tangan terentang dan kaki merenggang.
Gestur itu biasa dilihat dalam tarian tradisional Bali. Bedanya, para penari di atas pentas Ciputra Artpreneur Theatre kali ini berjinjit dengan tumpuan
pointe shoe, sepatu khas balet.
Bertajuk
The Journey, penampilan dari Marlupi Dance Academy tersebut bercerita tentang kehidupan masyarakat di Bali, mulai dari pagi hingga malam hari, yang memang memadukan gerak tradisional dan balet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak mudah melakukan fusi itu. Penata artistik Marlupi Dance Academy, Fifi Sijangga, mengakuinya.
"Tentu sulit karena kami
basic-nya balet yang lebih kuat dalam gerakan kaki, sedangkan tari Bali itu kuat di mata dan kepala. Butuh waktu cukup lama untuk memadukannya," ujar Fifi dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (20/8).
Percampuran tarian tradisional dan balet merupakan payung besar The First Indonesian Ballet Gala yang akan dihelat pada Sabtu (22/8).
Tak hanya tari tradisional Bali, ajang ini juga akan menyuguhkan perpaduan balet dengan gerak tradisional lain, seperti Jawa. Itu bisa dilihat dalam gerak-gerik penari dari Ballet Sumber Cipta.
Tarian berjudul
TOK tersebut sebenarnya mengangkat kisah mengenai perselingkuhan yang kerap terjadi, baik di kehidupan kuno maupun masa kini. Di beberapa adegan, sekelompok balerina terlihat memamerkan kain batik yang terikat di pinggangnya.
 Tarian Marlupi Dance Academy. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
Terkadang, penari menendang selendangnya ke belakang sambil melangkah mundur, seperti gerak tari Jawa. Namun, tiba-tiba musik "mengamuk" dan mereka melompat, melakukan gerakan balet dengan sedikit sentuhan tribal.
"Awalnya memang untuk acara fashion, jadi banyak pamer kain. Ini merupakan cerita ciptaan ibu saya yang sudah lama. Sudah berkali-kali diubah, tapi intinya tetap sama, tentang perselingkuhan. Memang ada beberapa elemen tari yang dimasukkan," kata penata artistik Ballet Sumber Cipta, Yudistira Sjuman, putra Sjuman Jaya dan Farida Oetoyo.
Masih dari tanah Jawa, Namarina Youth Dance juga menampilkan tarian Nawang Wulan yang mengadopsi kisah Jaka Tarub.
Di awal penampilan, tujuh bidadari bersayap putih terlihat bersenda gurau ketika salah satu di antaranya tiba-tiba panik, melompat, berjinjit, dan tersungkur. Selendangnya hilang.
 Penampilan Namarina Youth Dance. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
Memang tak banyak percampuran tari tradisional dalam balet dari Namarina Youth Dance ini. Namun, unsur tribal terlihat saat kelompok manusia membungkuk dan melompat mengelilingi bidadari yang terperangkap di dunia mereka.
Tak hanya tari tradisional Indonesia, The First Ballet Gala juga akan menyuguhkan penampilan dari kelompok balet terkemuka dunia, yaitu Korean National Ballet, West Australian Ballet bersama Juliet Burnett, dan dua penari Ceko, Barbora Kohoutkova dan Lukas Slavicky dari Bayerishes Staatsballett.
Semua penampil akan mementaskan tari balet dengan kisah klasik dari negara masing-masing. Sebut saja kisah Prince Hodong dari Korea.
 Penampilan Namarina Youth Dance. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
"Kisah klasik romantis dari Korea ini akan ditampilkan tentu saja dengan kemasan menarik. Ada humornya juga. Mirip dengan drama Korea yang ada," ucap penata artistik Korean National Ballet, Kang Sue-Jin.
Ia pun memberikan sedikit bocoran penampilan spesial yang telah disiapkan. "Akan ada gaya klasiknya seperti dalam Don Quixote dan modernnya. Ada juga sekitar 8-10 menit lantunan lagu
Love Me Tender milik Elvis Presley. Akan sangat menarik," kata Sue-Jin kepada CNN Indonesia.
Mendengar dan melihat persiapan dari semua tim, Sue-Jin yakin The First Indonesian Ballet Gala akan sukses. "Ada banyak jenis balet, mulai dari klasik sampai kontemporer, dan semuanya akan ada dalam satu acara ini. Ini adalah kesempatan emas," tuturnya.
The First Indonesian Ballet Gala akan ditampilkan dua kali dalam satu hari dengan harga tiket berkisar antara Rp400 ribu hingga Rp 1,5 juta.
(rsa/rsa)