Desak Nyoman Suarti, Kisah Perajin Perak di Pengadilan AS

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Jumat, 28 Agu 2015 21:35 WIB
Happy Salma menilai sosok Desak Nyoman Suarti dapat menjadi teladan bagi anak muda karena memberikan pelajaran hidup dari kisah hidupnya.
Happy Salma, penulis buku The Warrior Daughter. (Detikcom Fotografer/Jhoni Hutapea)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bali dan kerajinan ukir, dua hal yang sulit dipisahkan. Tak peduli materinya di atas kayu, perak atau apa pun. Bicara soal ukiran dan perak, rasanya sulit tidak menyebut nama Desak Nyoman Suarti.

Dia adalah seniman ukir perak dari Bali yang mengembangkan bisnisnya hingga ke Amerika Serikat. Nyoman Suarti mendapat banyak bakat seni dari kedua orang tua dan kakek neneknya.

Masa kecilnya banyak dihabiskannya dengan menari dan melukis. Suatu saat, dia mendapat ide untuk mengolah perak. Hingga saat ini, perak masih jadi materi andalannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menikah lagi dan pindah ke Amerika Serikat, Nyoman Suarti berusaha membuat gerai sendiri yang memajang karya-karyanya.

Meski berani bertaruh bahwa karyanya bisa disejajarkan dengan karya perak desainer kelas dunia, Nyoman Suarti sempat mengatakan semasa awal berkarya, secara teknis kalah dengan desainer kelas dunia.  

Namun dia yakin dari segi karya, dia tak kalah karena karyanya bukanlah benda "kosong" belaka. Darah seni yang mengalir di tubuhnya, mulai sebagai penari hingga pelukis yang merupakan bakat turunan dari orang tua, kakek dan neneknya, telah memberinya kemampuan untuk berekspresi lebih dalam dalam mencipta suatu karya.

“Seperti menari, membuat kerajinan perak mengalun begitu saja. Ini sudah turun menurun dari kakek saya,” kata Nyoman Suarti saat peluncuran biografi dirinya di Jakarta, baru-baru ini.

Namun karier Nyoman Suarti sempat terhambat ketika dia dilaporkan dan digugat karena telah menggunakan ragam hias yang sudah dipatenkan oleh seorang warga Amerika, meski ragam desain ini aslinya adalah asli milik Indonesia.

Hal ini dirasa Nyoman Suarti sangat tak adil, ketika perajin Indonesia harus membayar sebesar nilai tertentu kepada pihak yang telah memiliki hak patennya.

Perjuangan Nyoman Suarti di pengadilan New York inilah yang telah memikat Happy Salma untuk diangkat ke sebuah buku biografi The Warrior Daughter.

Buku ini berkisah tentang Desak Nyoman Suarti yang dituduh mencuri hak cipta seniman Amerika Serikat yang mematenkan motif ragam hias Nusantara. Untuk produksi buku ini, sang aktris dan produser film menggandeng Titimangsa Foundation.

Ide penerbitan buku ini sudah disampaikan oleh Happy, sejak tahun lalu. Rencananya, buku ini akan dibuat dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Khusus untuk bahasa Inggris, Happy pernah menyebut buku itu diterbitkan oleh salah satu penerbit di New York.

Happy menilai sosok Desak Nyoman Suarti dapat menjadi teladan bagi anak muda karena memberikan pelajaran hidup dari kisah hidupnya. Menurut Happy, Suarti adalah contoh seniman yang berani mendobrak batasan sosial kuat dan sakral di Bali dengan melukis.

"Saya rasa setiap orang punya kisah hidup, tapi saya melihat beliau banyak sekali yang ingin disampaikan, bukan hanya karyanya, tapi cari dia memperjuangkan," kata Happy.

Happy menilai kerja keras dan kiprah Nyoman Suarti patut diketahui masyarakat Indonesia, khususnya anak muda. Happy berpendapat bahwa buku ini hanya sebagai sketsa hidup dari sang seniman.

“Untuk bisa melawan pengadilan di Amerika Serikat bukan mudah. Dia orang Indonesia yang bisa memperjuangkan motif-motif khas Indonesia yang diklaim itu bukan orang sembarangan,” kata Happy yang sudah menerbitkan beberapa buku itu.

Siapa pun pembaca buku biografi ini akan merasakan upaya Nyoman Suarti, sebagaimana dikatakan Happy, "memperjuangkan langsung motif Tanah Air sebagai rahim bangsa.” (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER