Jakarta, CNN Indonesia -- Djaduk Ferianto, Dwiki Darmawan, Dira Sugandi, dan Bonita sedang berjuang untuk Indonesia di tanah Jerman. Bukan lagi dengan senjata seperti halnya pahlawan masa lampau saat memperjuangkan kemerdekaan. Bukan pula dengan taktik gerilya bak Jenderal Besar Soedirman.
Djaduk cs merupakan beberapa penampil yang mewakili Indonesia dalam festival budaya terbesar di Eropa, Museumsuferfest 2015. Pukul 17.00 waktu Jerman, Jumat (28/8) festival budaya itu akan dibuka. Festival itu termasuk rangkaian Frankfurt Book Fair (FBF) 2015.
Indonesia, yang menjadi Tamu Kehormatan FBF 2015 juga diberi panggung utama dalam festival itu. Museumsuferfest 2015 memungkinkan Indonesia mendapat sorotan publik dan media, dengan panggung seluas 800 meter persegi. Di panggung itulah seniman Indonesia berkreasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djaduk membawa KuaEtnika yang mengawinkan musik etnik tradisional dengan warna barat. Lewat kelompok itu, alunan musik Jawa, Sunda, Bali, dan Minang diramu dengan gitar, biola, keyboard, sampai gendang. Tak jarang pula KuaEtnika menciptakan "alat musik" inovatif.
Sementara Dwiki, seperti biasa, tampil dengan gubahan folksong Indonesia. Latar belakangnya yang kuat di bidang jazz membuat musik Indonesia bercampur cantik dengan alunan khas musik yang berakar dari Afrika dan Eropa itu.
Janger, Paris, Barantai, Bengawan Solo, Tari Pukat, sampai
Lir-Ilir disulap bernada jazz.
Vokal kuat dipersembahkan oleh Dira dan Bonita. Seperti Dwiki, Dira lebih dikenal dengan jazz. Sementara Bonita mewakili musik kaum urban dengan lagu-lagu
pop-folk-soul. Vokalis bersuara emas ditambah Mian Tiara.
Tak hanya itu, masih ada rapper seperti JFlow yang menggoyang tepi Sungai Main, tempat Museumsuferfest diadakan. Slamet Rahardjo, Ketua Komite Pertunjukan, Pameran dan Seminar FBF 2015 juga menjanjikan goyangan dangdut.
Namun, bukan dangdut Ibu Kota dengan goyangan khas masing-masing penyanyi yang ditampilkan. "Kita ini kan rumpun Melayu. Jadi saya minta dangdut yang berwarna Melayu. Ada dangdut goyangnya, tapi tidak semua seperti itu," kata Slamet saat berbincang dengan CNN Indonesia melalui sambungan telepon beberapa waktu lalu.
Yang juga akan menjadi tontonan publik Jerman, adalah budaya khas Indonesia yang kental dengan arak-arakan. Slamet berkata, ia akan menampilkan Barong Osing atau Banyuwangi.
"Barong itu kan singa perkasa yang melindungi masyarakat dari bahaya, keliling begitu. Kita membawa inspirasi itu ke sana," ujar Slamet.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima CNN Indonesia, Jumat (28/8), barong biasanya dikaitkan dengan binatang ajaib. Wujudnya topeng berwajah seram. Namun, topeng itu baik. Mitologi masyarakat percaya, ia justru lambang kebaikan dan ampuh mengusir roh-roh jahat.
Gandrung Banyuwangi, yang merupakan tari pergaulan diiringi seperangkat gamelan kecil, juga ditampilkan. Dalam akun Facebook milik Komite Nasional FBF 2015, terlihat pula Slamet mengajari tari poco-poco. Semua seni itu menyemarakkan Indonesia di Museumsuferfest, yang bertema "17.000 Pulau Imajinasi."
(rsa/rsa)