Jakarta, CNN Indonesia -- Video klip Taylor Swift selalu bercerita. Setelah menjadi "ahli" mencampakkan laki-laki dalam
Blank Space dan jagoan seksi dalam
Bad Blood, lagu terbarunya
Wildest Dreams kini membuatnya jadi ikon Hollywood masa lampau.
Dalam video yang mengambil latar kehidupan liar Afrika itu, Swift menjadi bintang utama wanita untuk sebuah film 1950-an yang punya skandal dengan lawan mainnya. Mereka merajut mimpi-mimpi liar selama masa syuting di sana.
Seperti biasa, keseksian dan ciuman Swift terekspos dalam video klipnya. Namun kali ini video klip itu bermasalah. Diberitakan Reuters, Swift dianggap menguak rasialisme dengan memunculkan cerita syuting film yang kebanyakan krunya adalah orang kulit putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritik mengklaim kekasih Calvin Harris itu menyuguhkan stereotip kolonial orang kulit putih terhadap Afrika dalam video barunya.
"Terima kasih Taylor Swift, karena sekali lagi membuktikan bahwa stereotip Afrika masih berada di puncak budaya pop Amerika," Mark Carotenuto, pengajar Studi Afrika di Universitas St. Lawrence New York, menulis.
Dalam artikel untuk situs National Public Radio, James Kaaga Arinaitwe dan Viviane Rutabingwa yang hidup dan bekerja di beberapa negara Afrika, menyebut bahwa Swift bukan orang pertama yang menggunakan Benua Hitam untuk menjadi latar cerita cinta romantis.
"Kami terkejut melihat bahwa pada 2015, Taylor Swift, label rekaman, dan tim produksi videonya berpikir baik-baik saja membuat video yang merepresentasikan versi glamor dari fantasi kolonial kulit putih terhadap Afrika."
Kritik tetap bermunculan meski jelas-jelas di akhir video dituliskan, seluruh hasil klip itu akan didonasikan untuk konservasi binatang liar melalui African Parks Foundation of America. Video
Wildest Dreams memang ikut menyertakan singa, jerapah, dan lainnya.
[Gambas:Youtube]Sutradara video klip, Joseph Khan sudah berkomentar atas kritik itu. Ia berkata, sebenarnya ada penduduk asli Afrika di
background video itu. Produser Jil Hardin dan editor Chancler Haynes di balik video itu bahkan sama-sama keturunan Afrika-Amerika.
Namun menurutnya meletakkan mereka di depan kamera justru akan membuat sejarah tidak akurat. Padahal video
Wildest Dreams ingin dibuat senyata mungkin. "Tidak ada agenda politik dalam video ini. Tujuan kami hanya menyampaikan cerita cinta tragis yang dialami ikon Hollywood," tutur Kahn dalam pernyataan.
Sejauh ini, Swift belum melontarkan pernyataan apa pun.
Wildest Dreams sendiri dirilis sejak Senin (31/8) lalu dan hingga kini sudah ditonton lebih dari 17 juta orang di YouTube.
Wildest Dreams merupakan salah satu lagu dari album
1989 yang terjual delapan juta kopi.
(rsa)