Jakarta, CNN Indonesia -- Lama Diana menatap nanar ke arah suaminya, Ari, yang baru saja membuat pengakuan mengejutkan: mencintai perempuan lain dan berniat menikahinya. Sekalipun terluka, Diana berusaha meredam emosi.
Begitulah secuplik adegan film bertema poligami,
Sendiri Diana Sendiri (
Following Diana) yang malah menguras emosi puluhan orang yang menontonnya di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, pada Jumat (4/9).
Film garapan sutradara muda Kamila Andini ini mengisahkan Diana (Raihaanun) yang berusaha tegar meskipun suaminya, Ari (Tanta J. Ginting) secara blak-blakan menyatakan keinginannya untuk berpoligami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kisah ini adalah nyata,
genre-nya drama, tapi tidak semuanya nyata, ada yang fiksi sedikit," kata Dini, sapaan akrab sang sutradara, usai pemutaran film yang terinsiprasi kisah nyata kerabatnya.
Tetapi film ini tidak semata berfokus pada isu poligami, melainkan juga menyoroti peran wanita dalam menghadapi kekerasan dan poligami. Dalam hal ini, peran Diana sebagai ibu beranak satu yang tegar.
"Film ini adalah tentang perempuan, dimulai dari pertanyaan-pertanyaan, lalu dijawab dengan perasaan-perasaan," jelas Dini.
Tunggal Pawestri, salah seorang produser film ini, pun menyatakan hal senada. Ia menjelaskan, film ini tidak melulu menceritakan isu poligami.
"Poligami adalah isu yang panas di Indonesia, namun kami tidak mau masuk ke wilayah itu," ujarnya. Wilayah yang dimaksud Tunggal berkaitan dengan religi tertentu.
Digambarkan di film ini, sosok Diana berusaha kuat dan menahan emosi. Tak seperti kebanyakan istri yang cenderung emosional, bahkan minta diceraikan, kala mengetahui suaminya berpoligami.
Lewat film ini, Tunggal ingin memperlihatkan bagaimana setiap wanita memiliki caranya sendiri untuk melepaskan diri dari kekerasan dan kesedihan yang diakibatkan suami sendiri.
Cara Diana untuk melepaskan dirinya dari kesedihan dan berusaha untuk tegar adalah dengan mencari pekerjaan. Sebelumnya, ia hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, sampai akhirnya Ari menikah lagi dengan wanita lain.
Film ini menyelipkan adegan yang menyentuh saat Diana bertanya kepada anaknya, Rifqi, apakah sanggup tinggal berdua saja dengan ibu, tanpa ayah. Lalu, si buah hati memberikan jawaban yang tak terduga.
Film
Sendiri Diana Sendiri adalah salah satu dari tiga film pendek hasil kolaborasi Babibuta Film, Hivos Asia Hub dan YCCI (Yayasan Cipta Citra Indonesia).
Program kolaborasi ini mengusung tajuk
Mengalami Kemanusiaan, semacam ajakan yang memperkaya pengalaman penontonnya tentang kemanusiaan dan mengingat terus rasanya menjadi manusia.
Sebelumnya, pada 2011, Dini juga membuat film yang mengedepankan peran perempuan,
The Mirror Never Lies. Ternyata ada kesamaan antara film-filmnya. Bukan hanya soal tema, melainkan juga adegan yang bersifat personal.
"Saya suka memasukan adegan yang personal untuk saya, dan perasaan yang juga personal. Sehingga saat membuat karakter perempuan di sebuah film, saya lebih mudah untuk mengisahkan," cerita Dini kepada CNN Indonesia.
Nantinya, film
Sendiri Diana Sendiri akan berkompetisi di salah satu program terbaru dari Toronto International Film Festival (TIFF) yang ke-40, yakni Short Cuts. Acara tersebut akan berlangsung pada 10 sampai 20 September.
Sebelumnya, film
The Mirror Never Lies, telah mendapatkan beberapa penghargaan dari Earth Grand Prix Award, Tokyo International Film, FIPRESCI Award, Hong Kong International Film Festival 2012, dan Best Children Film, Asia Pacific Screen Awards 2013.
Setelah ini, pada November, Dini akan bertolak ke Bali untuk melakukan syuting film terbarunya berjudul
The Scene Unscene yang menceritakan cerita anak kembar.
[Gambas:Youtube] (vga/vga)