Kisah DiCaprio soal Beruang dan Tidur dengan Bangkai Binatang

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Rabu, 21 Okt 2015 18:10 WIB
Leonardo DiCaprio melakukan banyak hal sulit untuk The Revenant, film feature panjang berbasis kisah nyata yang tayang akhir tahun ini.
Leonardo DiCaprio berjuang untuk film The Revenant. (REUTERS/Carlo Allegri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lupakan penampilan perlente Leonardo DiCaprio saat berperan dalam The Great Gatsby. Penampilannya dalam film terbaru nanti, The Revenant, jauh dari kata rapi. Rambutnya gondrong dan lepek seperti tak pernah mandi.

Jenggotnya tumbuh berantakan. Busananya dekil seperti tak pernah ganti bertahun-tahun.

Maklum saja, Leo memerankan Hugh Glass, seorang warga perbatasan yang biasa menyerang demi mendapat barang-barang. Suatu hari, setelah sebuah perjalanan merampas barang, ia ditinggal sendiri untuk mati oleh teman satu rombongan, John Fitzgerald (Tom Hardy).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Glass yang dikubur hidup-hidup, mendadak terbangun dalam kesendirian, merasa kesepian, sakit hati, sekaligus kedinginan di tengah hutan bersalju dengan tubuh penuh luka. Ia pun berusaha kembali ke peradaban, balas dendam.

"Ini akan menjadi film paling unik yang pernah dialami dan disaksikan penonton dalam masa modern ini," kata Leo saat berbincang dengan Yahoo! Movies tentang film berlatar 1820 itu. Ia sendiri melakukan begitu banyak hal sulit.

"Saya bisa menyebutkan 30 atau 40 daftar hal-hal tersulit yang tak pernah saya lakukan," tuturnya menegaskan. Daftar itu termasuk keluar masuk sungai yang nyaris beku, tidur bersama bangkai binatang, makan daging mentah.

Leo dan tim produksi menghabiskan sekitar sembilan bulan syuting di daerah dingin Kanada dan Argentina. Ia harus melayang dengan kabel, keluar masuk hutan sungguhan, dan lain-lain.

Bintang Titanic itu tidak merasa putus asa. Ia yakin filmnya akan sukses. Apalagi The Revenant ditangani oleh sutradara pemenang Oscar yang ada di balik Birdman, Alejandro G. Inarritu. Namun sebagian kru menganggap memproduksi film adalah pengalaman terburuk.

"Seperti hidup di neraka," kata mereka pada The Hollywood Reporter. Soal itu, Leo yakin mereka sebenarnya hanya harus tahu apa yang sedang benar-benar mereka kerjakan. Film itu memang telah lama jadi sekadar rencana belaka.

Sebabnya apa lagi jika bukan karena tak ada yang berani mewujudkannya. Tidak ada yang terlalu gila untuk merangkak telanjang di atas salju atau diserang beruang. Logistik yang diperlukan dengan syuting di lokasi terpencil pun patut menjadi pertimbangan tersendiri.

[Gambas:Youtube]

Alejandro yang akhirnya berani mengambil kesempatan itu. Dijadwalkan mulai produksi September tahun lalu dan dibungkus pada Maret, sampai Agustus kemarin kamera masih berputar.

Biaya produksi membengkak sampai US$95 juta atau Rp1,3 triliun, bahkan sumber dalam memprediksi bakal menembus US$135 juta atau Rp1,8 triliun. Itu angka yang sangat tinggi.

Namun Leo termasuk yang percaya pada hasil kerja Alejandro. Ia yakin filmnya akan menjadi epik, bahkan layak Oscar. Dirinya sendiri bukan tak mungkin meraih nominasi untuk ke-lima kalinya di ajang Academy Awards kelak.

Alejandro pun memastikan, "Ketika Anda menonton filmnya, Anda akan tahu skalanya. Dan Anda akan berkata, 'wow,'" ujarnya yakin.

The Revenant dijadwalkan tayang di Amerika Serikat pada 25 Desember mendatang, hampir bersamaan dengan film blockbuster Star Wars: The Force Awakens. Namun Leo dan Alejandro sama-sama yakin filmnya tetap bisa bertahan. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER