Menikmati Wajah Jakarta Semasa Muda serta Buaian Jazz

Vega Probo | CNN Indonesia
Sabtu, 24 Okt 2015 11:45 WIB
Pengunjung festival jazz di kawasan Kota Tua, hari ini (24/10), bisa menikmati musik, juga wajah Jakarta semasa muda yang sangat Eropa.
Kemeriahan Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta, pada 2014 lalu, terulang lagi pada 2015, namun di venue berbeda. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa tahun terakhir, pertunjukan musik jazz luar ruang marak di Indonesia. Acara ini cukup digemari karena menyuguhkan alunan musik yang memanjakan indra dengar, sekaligus panorama lanskap yang menyejukkan jiwa.

Acara tersebut, antara lain Jazz Market by the Sea di Taman Bhagawan, Nusa Dua, Bali, juga Jazz Gunung di lembah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, serta Festival Jazz @ Kota Tua di Jakarta.

Berbeda lokasi, maka berbeda juga sensasi yang dirasakan para pencinta musik. Begitu pun pengunjung festival jazz di kawasan Kota Tua, bisa sekaligus menikmati wajah Jakarta semasa muda yang sangat Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ini sensasi yang luar biasa,” kata komposer Dwiki Darmawan, produser Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta, kepada CNN Indonesia saat jumpa pers di Ruang Etnografi Museum Sejarah Jakarta, pada Jumat (23/10).

“Menikmati acara jazz luar ruang yang menyatu dengan nuansa heritage atau warisan kolonial Belanda memberikan sensasi luar biasa,” kata Dwiki. “Bagi yang tidak menyimak musik jazz, bisa berkeliling museum.”

Apalagi, kata Dwiki, di kawasan bersejarah ini bukan cuma ada Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), tapi juga ada Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Bahari.

Sang produser Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta, menyatakan antusias melakoni tugasnya, sekalipun waktu persiapannya mepet, kurang dari tiga bulan. Namun menurutnya, masih lebih baik dibanding tahun lalu.

Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta pertama diadakan, pada Desember 2014. Sejak awal, sang suami penyanyi Ita Purnamasari dimandat untuk menggarap acara ini bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Pariwisata.

“Tahun lalu, persiapannya hanya satu bulan!” kata Dwiki. Meski begitu, ia tetap antusias mempersiapkan Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta bersama timnya. Sebab menurutnya, upaya membawa jazz ke museum sangat brilian.

Upayanya kini juga didukung musisi lain, salah satunya pianis jazz Idang Rasjidi. “Festival jazz seperti ini harus didukung,” kata Idang kepada CNN Indoneisa. “Museum jangan dianggap angker atau konservatif, museum harus ‘bergerak.’”

Acara-acara yang digelar di museum, dari pameran sampai pertunjukan musik, menurut Idang, merupakan cara untuk menggerakkan atau menggairahkan kunjungan ke museum, terutama bagi kalangan muda.

Karena itu, acara Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta diadakan di kompleks Museum Sejarah Jakarta, tepatnya di selasar tengah dan ruang dalam (hall). Tujuannya, agar penikmat musik, terutama kaum muda, juga berkenan datang ke museum.

Bukan sekadar datang ke museum, melainkan peduli terhadap museum dan seisinya. Demikian disampaikan Kepala Unit Kerja Permuseuman Sejarah Jakarta Enny Prihantini saat jumpa pers di Ruang Etnografi Museum Sejarah Jakarta (23/10).

Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta tahun ini mengusung tema Musik untuk Perdamaian. Dikatakan Dwiki, musik memiliki kekuatan untuk mengajak toleransi dan mempromosikan perdamaian, meretas batas suku, agama, ras, antar golongan (SARA).

“Lewat musik, kita bisa menjadi satu di dalam karya yang membawa nuansa perdamaian,” kata Dwiki. Tanpa batas SARA, menurut Dwiki, semua orang bisa saling menyatu dan berinteraksi demi perdamaian di dunia yang kita cinta.

Konferensi pers Festival Jazz @Kota Tua ke-dua di Jakarta (23/10). (CNNIndonesia/Vega Probo)
Serba Pertama di Kali ke-dua

Berbeda dengan acara Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta kali pertama pada tahun 2014 lalu, ada banyak kejutan di acara kali ke-dua, pada tahun 2015 ini. Uniknya, kejutan itu justru baru pertama kali disuguhkan.

Untuk pertama kali, panggung tak dibangun di plaza di muka Museum Sejarah Jakarta, melainkan di selasar tengah dan hall. Hal ini dilakukan Enny agar venue tetap nyaman, tanpa pedagang asongan.

Tahun ini, juga untuk pertama kali musisi jazz mancanegara diajak berpartisipasi dalam Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta ke-dua, di antaranya World Peace Trio serta Ligo Trio bersama Mark Wingfield.

“Mereka merasa terpanggil datang ke Indonesia,” kata Dwiki kepada CNN Indonesia. “Mereka menghargai begitu banyak talenta di Indonesia, begitu juga keindahan negerinya dan kehebatan warisan sejarahnya.”

Selain musisi mancanegara, untuk pertama kali, Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta dimeriahkan musisi jazz remaja Syahravi dan Yarra. Sekalipun usia masih belasan, bakat mereka sudah diakui sebagai musisi sekaligus penulis lagu.

Momen pertama juga dirasakan Idang. “Untuk pertama kali, sepanjang 43 tahun saya berkarier, baru sekali ini saya nyanyi, biasanya main piano atau keyboard,” kata Idang yang antara lain siap menyanyikan Round Midnight.

Acara Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta digelar pada hari ini, Sabtu, 24 Oktober 2015, di selasar tengah dan hall Museum Sejarah Jakarta, mulai pukul sepuluh pagi hingga lewat tengah malam.

Selain nama-nama yang telah disebut di atas, acara ini juga dimeriahkan oleh Tesla Manaf, Iga Mawarni, Ermy Kullit, Balawan, Rieka Roeslan, Tohpati, Indra Aryadi bersama Krishna Balagita dan Zoltan Renaldi, dan lain-lain.

Syahravi, musisi 19 tahun yang meramaikan Festival Jazz @ Kota Tua Jakarta (24/10). (CNNIndonesia/Vega Probo)
(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER