Jakarta, CNN Indonesia -- Lukman Sardi mengaku dirinya tidak bisa menjauh dari dunia perfilman. Ia bahkan menganggap film ibarat napas bagi dirinya.
"Dunia perfilman itu sudah saya anggap sebagai napas saya. Jadi kalau saya dipaksa nggak masuk dunia perfilman, sama saja seperti memaksa saya untuk tidak bernapas," kata Lukman saat ditemui di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (27/10).
Hal itu Lukman buktikan ketika dimandat menjadi panitia Festival Film Indonesia (FFI) 2016 yang tengah memasuki tahap penjurian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, pada 1 September 2015, Lukman diminta menjadi panitia FFI. Padahal pada 23 November nanti, pagelaran festival film itu sudah mencapai puncak acaranya.
"Saya nggak bisa
nolak dong, kalau
nolak sama saja saya menolak untuk bernapas," ujar Lukman.
"Ya, karena waktunya mepet, jadi napasnya
ngos-ngosan, namun tetap saya jalani," tambah Lukman sambil bercanda.
Lukman menjabat sebagai juru bicara dan kepala humas FFI 2016. Tugasnya adalah menyalurkan informasi mengenai perfilman Indonesia serta FFI kepada masyarakat luas.
Lukman mengaku sangat mencintai dunia perfilman karena ia lahir dari keluarga seniman.
Ayah kandung Lukman, Idris Sardi, adalah pemain biola andal yang beberapa kali meraih penghargaan sebagai komponis dan ilustrator musik untuk film seperti
Pengantin Remaja (1971),
Perkawinan (1973),
Cinta Pertama (1974) dan
Doea Tanda Mata (1985).
Idris sendiri sempat dijuluki sebagai anak ajaib karena sudah lihai memainkan biola sejak umurnya masih 10 tahun.
Di balik itu, Lukman mengaku hobinya membuat film tidak lain adalah untuk mendapatkan apresiasi masyarakat.
"Tujuan utama saya membuat film bukan untuk mendapatkan piala, namun untuk mendapatkan apresiasi masyarakat," kata Lukman sambil tersenyum manis.
(ard/vga)